Lagu “Mencintai Tanpa Dicintai” Tak Berbahaya – Jejak

logo

Lagu “Mencintai Tanpa Dicintai” Tak Berbahaya
Oleh : Fathol Alif

Sabtu, 30 Juli 2022 - 17:39 WIB

3 tahun yang lalu

Foto : tangkap layar klip video lagu Mencintai Tanpa Dicintai ciptaan Bupati Sumenep Achmad Fauzi

JEJAK.COJumat, 29 Juli 2022, kemarin, di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, ‘dihebohkan’-meski tak heboh-heboh benar sih sebenarnya-dengan ‘dirilisnya’ lagu “Mencintai Tanpa Dicintai” di channel YouTube bernama AF Official Video Music.

Lagu tersebut ‘meledak’ dan jadi perbincangan karena yang menciptakan adalah Achmad Fauzi. Yang saat ini menjabat Bupati Sumenep.

Di kolom komentar channel YouTube tersebut, lagu “Mencintai Tanpa Dicintai” mendapat banyak respons dari netizen. Rata-rata komentarnya positif dan apresiatif. Entah, objektif atau subjektif.

Namun belakangan, hanya satu hari setelah lagu dirilis, ternyata ada respons yang berbanding terbalik dengan respons-respons sebelumnya. Si komentator menulis komentarnya cukup panjang. Diberi judul pula: “Katanya, Lagu Ciptaan Bupati Sumenep Berbahaya”.

Komentar panjang itu tidak ditulis di kolom komentar YouTube tempat lagu itu ditayangkan. Tapi disebar melalui aplikasi perpesanan. Saya tak tahu, kenapa tidak disampaikan di kolom komentar. Namun prediksi saya, si komentator khawatir akan ‘diamuk’ netters yang menilai lagu tersebut penting. Bukan tidak penting seperti kata si komentator.

Sebagai sebuah karya, saya memaklumi jika pada akhirnya lagu “Mencintai Tanpa Dicintai” memantik pro dan kontra. Apalagi penciptanya adalah seorang bupati, yang memang harus legowo menerima setiap kritik.

Namun, apakah betul lagu itu tidak menarik, tidak proporsional, tidak efektif dan tidak menyentuh hal-hal yang bersifat strategis? Bagi si komentator, mungkin iya. Tapi bagi yang lain, bisa saja tidak. Karena setiap orang memiliki rasa dan cara pandang berbeda.

Apakah lagu tersebut juga menyiratkan bahwa Bupati Fauzi sedang ingin menyanyi di atas penderitaan sekitar 200 ribu masyarakat miskin Sumenep? Saya yakin, suami Nia Kurnia Fauzi tidak setega itu. Indikasinya, di klip video lagu tersebut, dia masih sempat-sempatnya promosi destinasi wisata Sumenep.

Pulau Gili Labak yang ditampilkan dalam video klip lagu Mencintai Tanpa Dicintai

Hal tersebut dikonfirmasi oleh Bupati Fauzi sendiri. Bahwa, melalui lagu tersebut dia sebenarnya ingin promosi wisata, namun tidak dengan cara yang mainstream. Bukan untuk unjuk kegalauan.

Mungkin menurut Bupati Fauzi, dengan meningkatkan kunjungan wisata ke Sumenep, masyarakat akan menerima dampak positifnya, khususnya di sektor ekonomi. Termasuk masyarakat yang miskin.

Apakah akan berhasil? Itu soal lain. Seperti kata bijak, “manusia memang tidak bisa sempurna, tapi bukan berarti itu sah dijadikan alasan untuk tidak berusaha.”

Oh, iya. Satu lagi. Apakah lagu tersebut merusak citra tegar penulis buku “Saatnya Move On” itu? Sepertinya tidak, tentunya jika dilihat dari perspektif ‘husnudzdzan’.

Justru melalui karya tersebut, tampaknya Bupati Fauzi ingin mengajarkan cara ‘move on’; bahwa jika seseorang sedang galau, maka cara mengekspresikan kegalauan itu harus dengan kegiatan-kegiatan positif.

“Melalui lagu ini, saya juga ingin mendorong para pemuda Sumenep agar semangat berkreasi dan melahirkan suatu karya,” kata Bupati Fauzi.

Secara tidak langsung, mungkin Bupati Fauzi ingin menegaskan bahwa dengan segala kesibukannya masih bisa melahirkan sebuah karya, maka generasi muda, yang tentunya belum terlalu sibuk, harus lebih produktif dalam berkarya.

Terakhir, dan ini sebagai pembanding, lagu “Mencintai Tanpa Dicintai” tidak benar sepenuhnya bahwa menyiratkan keputus-asaan, tapi justru mengajarkan: di di balik keikhlasan terselip sebuah harapan. (*)

Gapura, 30 Juli 2022


Baca Lainnya