Jejak.co – Lima nelayan yang sebelumnya dikabarkan hilang saat melaut akhirnya ditemukan. Mereka terbawa arus hingga ke Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Kelima nelayan tersebut adalah Sa’a, Muhlis, Sa’a, Sahwari, Niatun dan Matra’e. Mereka asal Desa Romben Barat dan satu diantaranya warga Desa Candi Kecamatan Dungek, Sumenep, Jawa Timur.
Mendengar kabar bahwa mereka ada di Lombok, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Sumenep Nurfitriana Busyro langsung menemuinya bersama suaminya A Busyro Karim.
Wanita yang akrab disapa Bunda Fitri ini terharu mendengar cerita Muhlis, salah satu dari lima nelayan yang ditemuinya. Perahu yang ditumpanginya ternyata mengalami gangguan teknis dibagian mesin sehingga terombang-ambing di tengah laut selama tujuh hari hingga akhirnya terdampar di perairan Lombok Timur.
Sebelum akhirnya terdampar di Pantai Sembelie Desa Blanting Lombok Timur, lima nelayan itu tidak makan sama sekali selama dua hari.
Bahkan yang membuat hati Bunda Fitri terenyuh, ternyata selama satu bulan lamanya melaut di Pulau Sapeken dan Kangean, mereka tidak dapat hasil.
“Jadi gini ceritanya, Saya tadi hanya ketemu 1 orang dari 5 orang nelayan itu. 4 nelayan lainnya masih Di perahu katanya ingin Jaga perahu. Mereka 7 hari terombang-ambing di tengah laut, Karena mesin perahunya meledak. 4 hari mereka di Tengah laut tidak bisa bergerak karena tidak ada angin. 2 hari terakhir mereka tidak makan sama sekali.
Sebenarnya mereka sudah 1 bulan melaut. Tapi tidak mendapatkan hasil,” tulis Bunda Fitri di laman Facebooknya, Sabtu malam (2/2/2019).
Wanita berparas cantik ini menceritakan, lima nelayan itu terasa berat untuk pulang ke kampung halamannya karena masih berpikir bagaimana cara membawa perahunya.
“Tadi mereka berat mau pulang Ke sumenep karena tanggung jawab terhadap perahunya sama yang punya perahu,” cerita Bunda.
Untuk meyakinkan pemilik perahu lima nelayan, Bupati A Busysro Karim atau yang akrab disapa Buya akhirnya menghubunginya dan menceritakan kondisi nelayan dalam keadaan selamat.
“Setelah Buya telepon dan yg punya perahu memaklumi, mereka baru mau pulang.Kami lama meyakinkan mereka, perahunya aman di sini. Polisi akan mengamankannya. titip di polisi polsek sambalia,” ungkap Bunda Fitri.
“Mereka maunya, sampannya ditarik pulang. Saking tanggung jawabnya dengan pemilik sampan. Tapi 2 minggu ini, perairan disini memang lagi tidak bagus cuaca. Tidak ada nelayan disini yang turun ke laut. Kapal yang mau narik juga nggak bisa melaut karena cuaca lagi ekstrim,” tulisnya menjelaskan kondisi di Lombok.
Setelah Bunda Fitri bersama Buya meyakinkan semuanya akan aman, para nelayan akhirnya kembali ke perahunya. Polisi setempat, ungkapnya, akan menarik perahunya untuk ditambatkan di pantai.
Sebelumnya, lima nelayan tersebut berangkat melaut menuju Pulau Sapeken dan Kangean sejak 14 Desember 2018.
Kemudian pada tanggal 29 Januari 2019, mereka mengabarkan pada keluarganya hendak pulang. Saat itu, posisi perahu bersama nelayan berada di daerah Takat Kecamatan Kangayan menuju Romben Barat Kecamatan Dungkek.
Namun ditengah perjalanan, perahu yang ditumpangi lima nelayan itu mengalami masalah mesin sehingga akhirnya perahu terbawa arus hingga Lombok Timur.(farid/yon)