Suro Bulan Pusaka – Jejak

logo

Suro Bulan Pusaka
Oleh: Maulana Sholehodin

Selasa, 2 Agustus 2022 - 14:48 WIB

2 tahun yang lalu

Pusaka bagi tradisi Jawa bukan saja simbol dan status sosial tapi juga gaman

JEJAK.CO – Tiga orang sarjana fisika nuklir Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) Yogyakarta, Haryono Arumbinang MSc, Dr Sudyartomo Suntono dan Dr Budi Santoso dalam penelitiannya menggunakan metode peralatan mutakhir, menyimpulkan ada kandungan batu meteor dalam bilah keris dan tombak.

Juga Prof Dr Ir Mardjono Siswosuwarno dosen Materialis Engineering (Teknik Material) Institut Teknologi Bandung membenarkan bahwa bahan baku pada bilah keris khususnya di era Majapahit dan Mataram Sultan Agung banyak menggunakan campuran bahan batu langit yang bernama meteor. Para empu memasukkan batu meteor ke baja karena meteor mengandung titanium yang unik.

Keunikan keris bukan hanya faktor penempaan metalorgi dan eksotisnya tapi juga kelangkaan bahan yang digunakan. Tidak heran bila seorang Marc Peeters orang Belgia begitu tergila gila pada keris sampai mengoleksi 300 bilah keris dari berbagai era dan jenis.

Seorang pria Jawa tidak lengkap bila tidak punya pusaka atau gaman. Pusaka bagi tradisi Jawa bukan saja simbol dan status sosial tapi juga gaman. Gaman dari kata gegeman (pegangan) untuk mengangkat aura inner beuty (kharisma dari dalam dirinya).

Pusaka atau gaman sebagai matrial kebanggaan dan status sosial adalah benda penting, oleh karena itu harus dirawat agar tidak rusak. Memandikan pusaka hanya untuk merawat bukan untuk mengkultuskan. Diwarangi artinya dibersihkan dengan zat arsenik untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada benda pusaka, dijamasi artinya dicuci dengan air yang berisi bunga supaya pamor dari benda pusaka itu muncul dan wangi, tidak lebih dari itu. Dan yang sangat penting adalah harus melafalkan niat matra memandikan pusaka, dengan matra :

Bismillahirrahmanirrahim. Niat ingsun jamasi pusoko ……… (sebutkan nama pusakanya…. ), tak dus go toyo suci lan gondo arum dupo. Mugi suci awujud wesi aji dadi pamor kang apik lan migunani”

Leluhur Jawa cukup bijak menciptakan doa niat ritual ini agar tauhid kita tidak bergeser dan tidak musyrik. Diawali menyebut nama Allah yang maha pengasih dan penyayang, di akhiri kalimat permohonan pada Allah “MUGI AWUJUD WESI AJI DADI PAMOR KANG APIK LAN MIGUNANU”. Maksudnya adalah semoga Tuhan menjadikannya besi berharga, indah teksturnya dan berguna.

Bila ada yang menghukumi memiliki dan merawat keris itu haram, bid’ah, sesat dan syirik, monggo ngopi dengan saya dan mujadalah. Berfatwa haram pada sesuatu yang halal itu justru musyrik.

وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَٰذَا حَلَالٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ مَتَاعٌ قَلِيلٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram“, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (Itu adalah) kesenangan yang sedikit; dan bagi mereka adzab yang pedih. [an-Nahl /16:116-117].

Sekali lagi kenapa doa jamasan atau memandikan pusaka ini wajib? agar tauhid keimanan kita tidak bergeser, keris dan tombak hanya wesi aji (besi berharga), ya itu saja.

Di nusantara ini ada satu keris yang tidak boleh dipegang dan diraba kecuali oleh pemiliknya. Bila Anda memaksa memegang dan meraba maka Anda akan mengalami kesulitan. Keris itu bernama Krisdayanti.

Sugeng enjang poro sanak kadang, mugi Gusti ngijabahi sedoyo kekarepaning penggalih…..


Baca Lainnya