JEJAK.CO-Kualitas batik karya Wirausaha Muda Sumenep (WMS) sudah tidak diragukan lagi. Pasalnya, selain menjadi langganan para pejabat setempat, batik dengan ciri khas gambar keris ini sempat dikenakan oleh Putri Indonesia 2019 asal Jawa Timur, Bella Putri Ekasandra pada malam finalis duta wisata Kacong Tor Cebbing Kabupaten Sumenep di Pendopo Agung pada tanggal 22 Oktober 2019.
“Alhamdulillah, Mas. Bulan kemarin itu ada Putri Indonesia yang sudah pakai karya kita. Termasuk 2 atau 3 hari yang lalu, pada acara di Sulawesi, batik kita diperagakan di sana melalui desainer dari Sumenep,” beber Busaki, salah seorang pendamping WMS bidang batik.
Jenis batik yang diproduksi oleh WMS bermacam-macam. Mulai dari batik tulis, shibori, batik abstrak, sampai batik cap.
Patokan harganya pun beragam. Untuk jenis batik tulis dibandrol dengan harga antara 350 ribu sampai 750 ribu. Untuk yang model abstrak, berada dalam kisaran harga antara Rp 150 ribu sampai Rp 250 ribu. Sedangkan untuk jenis batik shibori, atau batik jumputan, rata-rata dijual seharga Rp 150 ribu.
“Shibori model jumputan, Mas. Teknis pewarnaannya cukup dengan cara dijumput, digulung-gulung saja,” kata Busaki mendeskripsikan.
Ada karakter mencolok yang menjadi tanda bahwa batik itu adalah karya atau hasil produksi WMS. Dijelaskan, khas batik karya WMS pasti bertuliskan gambar ikon Sumenep, seperti gambar ayam cukir, Asta Tinggi, kuda terbang, Labang Mesem, Masjid Jamik, keris, dan lainnya.
Yang disebutkan terakhir, ‘Keris’, merupakan ciri khas utama dari batik WMS. “Gambar apa pun itu, bisa dipastikan ada gambar kerisnya, Mas, walaupun kecil,” ungkapnya.
Busaki lalu mengutarakan bahwa untuk pemasaran atau marketing batik WMS, dipromosikan melalui online, dan terutama dengan memanfaatkan adanya media sosial.
“Ya, dari HP ke HP (handphone. Red), facebook, dan segala macem. Ya, banyak sih yang mesen mulai kemarin. Biasanya yang pesan itu berupa seragam, yaitu dari kalangan dinas, lembaga, organisasi, dan sebagainya,” papar dia.
Diutarakan, pesanan untuk batik WMS bersifat tidak menentu. Kadang kala membludak, kadang tidak. “Tergantung jumlah pemesan, Mas. Seperti bulan November ini, alhamdulillah, omset yang kita peroleh itu mencapai Rp 50 jutaan, ujarnya.
Terakhir Busaki menjelaskan tentang konsistensi produksi batik WMS. Ia menyampaikan bahwa teman-teman di rumah produksi terus berkarya setiap hari.
“Ada atau tidak ada yang pesan, kita tetap berkarya di rumah produksi. Teman-teman nyetokin karya itu, kalau tidak ada pesanan, ya ditaruk. Nanti kalau ada pameran atau orang yang mau beli, tinggal pilih atau mau mesen lain seperti apa. Yang ada itu sebagai sampel atau contoh,” pungkas dia penuh kesan.
Penulis : Mazdon
Editor : Ahmad Ainol Horri