Jejak.co-Guna mewujudkan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal, Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sumenep, Jawa Timur meluncurkan program Sekolah Ramah Anak, Toleran dan Berkarakter atau disebut Lamak Teker (alas tikar, red).
Konsep Lamak Teker ini merupakan model pendidikan yang memadukan basis karakter pesantren dan budaya lokal. Tujuannya, memelihara budaya lokal dan nilai-nilai kepesantrenan.
Model pendidikan berbasis pesantren diikuti beberapa kegiatan. Diantaranya, pada tahun ajaran 2019-2020, Disdik Sumenep akan menerapkan pemisahan kelas antara laki-laki dan perempuan.
Kemudian, akan diterapkan pembacaan Quran Surat Yasin bagi siswa sebelum masuk kelas, serta pelajaran wajib diniyah dari semua tingkatan sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA).
“Pelajaran wajib diniyah Ini di luar struktur kurikulum nasional. Dalam seminggu ada tiga hari kegiatan. Tiap tatap muka dua jam,” terang Plt. Kepala Disdik Sumenep Muhammad Saidi, Jumat (15/3/2019).
Sementara model pendidikan berbasis lokal dalam program Lamak Teker adalah penerapan Bahasa Madura setiap hari Selasa bagi semua tingkatan.
Disamping itu, lanjut Saidi, dalam sepekan hanya ada lima hari akademik dan satu hari kretivitas. Hari bebas atau hari kreativitas ini diisi dengan kreativitas siswa yang ditentukan oleh sekolah. Penentuan hari juga tergantung sekolah.
“Hari bebas ini tergantung sekolah mau ambil hari apa,” imbuhnya.
Menurut Saidi, untuk memaksimalkan program Lamak Teker, pihaknya telah mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) sekaligus anggaran. Ditambah lagi, wajib diniyah sudah diberlakukan sejak 2016 dan pembacaan surat yasin sebelum masuk juga telah diberlakukan sebelumnya.
“Wajib diniyah sudah dianggarkan termasuk intensif guru,” pungkasnya. (yon)