Dikritik Masalah Penumpang yang Tertahan, Respon Wakil Rakyat Menohok – Jejak

logo

Dikritik Masalah Penumpang yang Tertahan, Respon Wakil Rakyat Menohok

Rabu, 4 Januari 2023 - 22:17 WIB

2 tahun yang lalu

Warga kepulauan tertahan di Pelabuhan Kalianget, Sumenep akibat cuaca ekstrem. Sebagian calon penumpang kapal tinggal di rumah anggota DPRD Sumenep (Foto/istimewa)

JEJAK.CO– Sejumlah anggota DPRD Sumenep, Madura, Jawa Timur, merespon tulisan seorang jurnalis yang berjudul “Politik Kemanusiaan di Pelabuhan”.

Tulisan yang menggambarkan ketidakpedulian wakil rakyat asal kepulauan terhadap calon penumpang kapal yang tertahan di Pelabuhan Kalianget akibat cuaca ekstrem, tersebar di berbagai group WhatsApp.

Di antara anggota DPR Sumenep asal kepulauan yang merespon tulisan ” Politik Kemanusiaan di Pelabuhan ” adalah Darul Hasyim Fath atau DHF. Jawaban politisi asal Pulau Masalembu itu sangat menohok.

Kata DHF, sejak penundaan pemberangkatan kapal akibat cuaca ekstrem pada Desember 2022, banyak calon penumpang kapal asal kepulauan yang tinggal di rumahnya.

Ketidakhadiran DHF ke Pelabuhan Kalianget bukan karena tidak peduli dengan mereka yang terdampar. Akan tetapi, di rumahnya juga banyak warga yang perlu dilayani.

“Badai yang belum mereda ini, telah membuat saudara-saudara kami tertahan. Atas nama konstituensi kami menyediakan rumah tinggal dan seluruh kebutuhan priemer warga hingga badai mereda dan kapal transportasi kembali beroperasi,” ujarnya melalui sambungan selular, Selasa (3/1/2023).

DHF juga menyampaikan, kerja-kerja kerakyatan dan kemanusiaan merupakan keniscayaan bagi setiap politisi. Para politisi tidak hanya berkutat tugas pokoknya, seperti pengawasan, penganggaran, dan perundang-undangan. Akan tetapi, politisi juga punya tanggung jawab moral untuk memerhatikan dan mendengarkan aspirasi konstituennya.

“Rutinitas semacam ini menjadi niscaya bagi setiap legislator yang memiliki pertalian moril antara warga yang pernah memilih dan dirinya yang pernah dipilih sebagai perwakilan,” jelasnya.

“Kendati demikian, saya memahami peristiwa semacam ini kerap terbingkai menjadi framing berita dalam narasi yang timpang untuk melakukan prejudice seolah olah anggota dewan tak perduli dan tak punya empati,” imbuh DHF.

Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan itu juga menegaskan, pantang bagi dirinya untuk mengkapitalisasi berbagi agenda kemanusiaan yang dilakukannya untuk menjadi penggerek elektoralnya. Dia bahkan mempersilakan teman-teman yang ingin silaturrahim dengan warga Masalembu yang tertahan di rumahnya.

“Bagi kami di PDI Perjuangan pantang menunggang peristiwa kemanusian menjadi ladang elektoral. Teman-teman yang peduli dipersilakan untuk bersilaturrahim dengan saudara-saudara kami yang tertahan di rumah. Ada 49 orang, 4 di antaranya adalah anak-anak,” tuturnya.

Karena itu, dia berharap, di tengah kondisi badai yang belum reda dan terlantarnya warga kepulauan di Pelabuhan Kalianget, semua pihak untuk bergandeng tangan, memberikan bantuan.

“Berbagi empati adalah jalan bakti untuk tunaikan tugas suci. Hidup membaur di rumah tinggal bersama warga pulau yang tengah bertandang ke sumenep kebahagian yang tak sebanding dengan apapun. Makan bersama tanpa memilih kelas sosial dan afiliasi politik keseharian kami yang tak kami anggap istimewa hingga memerlukan publikasi apalagi pamrih,” ujarnya.

“Sebab itulah tali hubungan moril kami warga kepulauan di ‘tanah rantau’. Kami juga mempersilakan, jika saja ada warga masyarakat Masalembu yang tinggal di Pelabuhan Kalianget untuk bergabung ke rumah tinggal kami,” lanjutnya.

Ke depan, DHF juga mengajak pada semua pihak untuk menjadikan momen kemanusiaan sebagai kesempatan bersatu dan muhasabah.

“Bukan justru mengeksploitir suasana seolah-olah tak ada yang peduli dan memberi tempat bagi pencari berkah elektoral di tengah pragmatis praktek politik yang sungguh tak terhindarkan,” tandas Wakabid Ideologi dan Kaderisasi DPC PDI Perjuangan Sumenep itu.

Tulisan “Politik Kemanusiaan di Pelabuhan” juga memantik wakil rakyat asal Pulau Kangean, Moh Hanafi.

Jauh sebelum tulisan itu muncul, ternyata Moh Hanafi telah lama mengurus orang pulau yang tertahan akibat cuaca ekstrem.

Hanafi mengatakan, peduli kemanusiaan itu tak harus di publish. Sebelum tulisan Nur Khalis muncul, ternyata Hanafi sudah lebih satu minggu menampung masyarakat Pulau Kangean yang tertahan akibat cuaca buruk.

“Puluhan warga pulau yang tertahan ditampung di salah satu rumah tim saya. Tapi masa apa yang saya lakukan harus diumumkan?,” ujar politisi Demokrat itu.

Masyarakat kepulauan yang tidak bisa pulang akibat cuaca buruk, tidak butuh pencitraan. Mereka tidak peduli dengan siapa yang datang, karena yang diharapkan adalah solusi pada saat terjadi cuaca buruk.

“Mereka tidak butuh pencitraan. Tak peduli siapa yang datang. Mereka butuh langkah nyata dari Bupati atau Wakil Bupati beserta jajarannya.

“Contohlah Bupati Gresik yang dengan sigap mendatangkan kapal perang untuk mengangkut warganya yg mau pulang ke Bawean pada saat cuaca buruk seperti saat ini,” ungkapnya.

Politisi senior itu menegaskan, masalah seperti yang dialami warga pulau saat ini, secara teknis merupakan tanggung jawab Bupati dan Wakil Bupati beserta jajarannya.

Begitu juga dengan M Syukri, Wakil Ketua DPRD Sumenep. Menurutnya, masalah itu sebenarnya bukan hal baru. Setiap cuaca buruk, warga selalu tertahan di Pelabuhan Kalianget. Sebagian ditampung di rumahnya.

Sejak Desember 2022, warga yang tinggal di rumahnya mencapai 20 orang. Selama berada di sana, Syukri mengurus segala kebutuhannya, terutama soal konsumsi.

Masalah tersebut dinilai tak perlu diungkap ke publik. Selain karena terjadi setiap terjadi cuaca buruk, hal itu menyangkut masalah kemanusiaan.

Syukuri kemudian bercerita upaya yang dilakukan selama ini. Pihaknya telah komunikasi dengan pihak eksekutif untuk mencari solusi agar warga bisa pulang di tengah cuaca buruk.

Bahkan dirinya pernah meminta agar Pemerintah Kabupaten Sumenep agar mendatangkan kapal perang untuk mengangkut warga yang selama ini tertahan.

“Kami sudah komunikasi dengan Pemkab, termasuk dengan Bupati untuk mencari solusi atas masalah cuaca buruk yang mengakibatkan banyak warga pulau tak bisa pulang. Dan kami sudah minta agar menggunakan kapal perang seperti Gresik, namun katanya biayanya besar, tidak bisa,” kata Syukri.

Ia berharap ke depan pemerintah menyiapkan langkah yang lebih strategis untuk menyelesaikan masalah cuaca buruk bagi warga pulau. “Karena masalah seperti ini terjadi setiap tahun ketika cuaca buruk,” ujar Syukri.


Baca Lainnya