JEJAK.CO-STKIP PGRI Sumenep, Madura, Jawa Timur menggelar wisuda sarjana ke-XVI 2019 di ruang Gedung Graha Adi Poday, Rabu (23/10/2019).
Wisudawan-wisudawati yang telah dikukuhkan sebagai sarjana strata satu atau S1 berjumlah total 385 orang. Masing-masing adalah sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) sebanyak 33 orang, sarjana Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebanyak 56 orang, sarjana Pendidikan Matematika 29 orang, sarjana Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Penjaskesrek) sebanyak 71 orang, sarjana Bimbingan dan Konseling (BK) sebanyak 54 orang, dan terakhir serjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) sebanyak 142 orang.
Ketua STKIP PGRI Sumenep Dr Asmuni dalam sambutannya memperkenalkan bahwa sekolah tinggi keguruan yang berlokasi di ujung paling timur Pulau Madura saat ini memiliki sebutan baru, yaitu kampus Taneyan Lanjang.
Sebab, lanjut Asmuni, semangat yang menjadi prinsip utama STKIP dalam pembangunan kampus ini adalah nilai kekeluargaan dan kekerabatan. Dijelaskan, semangat itu terus dibangun, baik di kalangan mahasiswa, dosen maupun pengelola.
Nilai itu diambil dari peribahasa Madura, yaitu ‘bila kenca palotan, bila kanca taretan’ (tepung ketan itu ‘pasti berasal dari’ ketan, ‘dan’ jikalah teman itu itulah saudara). “Bagi kami, peribahasa tersebut merupakan manifestasi dari nilai kekeluargaan dan persaudaraan,” paparnya.
Asmuni mengutarakan, pada tahun 2019 ini, STKIP PGRI Sumenep telah melakukan memorandum of Understanding (MoU) dengan beberapa perguruan tinggi di Asia. “Dua di antaranya University in Jobs di Manila dan Universitas Islam Sultan Sharif Salim Ali di Brunei Darussalam, “sebagai tindak lanjut kami agar STKIP PGRI Sumenep ‘go Internasional’,” ujarnya.
Beberapa waktu yang lalu, STKIP PGRI Sumenep memberangkatkan beberapa mahasiswanya magang selama 3 bulan di Thailand, “dan beberapa di antaranya, pada pagi hari ini sudah diwisuda,” tukasnya.
Ditarget, pada tahun 2025 mendatang, STKIP PGRI Sumenep mampu menjadi perguruan tinggi yang berkualitas dan bertaraf nasional.
Pengukuhan 385 wisudawan dan wisudawati pagi itu menjadi semakin semarak karena dihadiri penyair kelahiran Batang-Batang Sumenep, Madura, Jawa Timur, D Zawawi Imron. Sastrawan yang terkenal dengan puisi ‘Celurit Emas’ itu hadir memberikan orasi motivatif.
Pakde Zawawi, akrab disapa, mengajak wisudawan dan wisudawati yang sudah dikukuhkan agar berjanji kepada dirinya sendiri untuk turut membantu pembangunan di Indonesia.
“Anak-anakku yang tercinta, yang hatinya berbunga-bunga, pada pagi hari ini, Anda akan diwisuda,” ujarnya lantang.
“Itu artinya, semakin banyak intelektual yang akan berjuang, ‘menyingsingkan lengan baju’ untuk membangun Indonesia di bidang pendidikan, agar Indonesia ke depan akan mendapatkan cahaya gemilang dari pengabdian dan pengorbananmu,” imbuhnya penuh pesan.
Selanjutnya, Zawawi melagukan pantun Bahasa Madura. Pantun tersebut, ungkapnya, merupakan resep bagi para wisudawan.
//Juko’ bulus, Le’, macem barna/Melle bandeng ka Gerse’ Pote//Oreng se bagus tatakramana/Mon epandeng macellep ate//
Jika dalam bahasa Indonesia, //Ikan bulus, Dik, bermacam warna/beli bandeng ke Gersik Putih//Orang yang bagus tatakramanya/kalau dipandang sejukkan hati//
Jadi, terang Zawawi, yang paling urgen ketika sampai di tengah-tengah masyarakat adalah bagaimana menjaga tatakrama dan moralitas, terutama yang terkait dengan moral Pancasila.
“Jadi, kalau Anda mempunyai tatakrama yang baik, sopan dan santun, dan punya akhlak yang mulia, insya Allah Indonesia akan indah. Karena Indonesia itu termasuk 6 negara yang terindah di dunia,” ungkapnya.
Di Belanda, kata Zawawi, hanya ada satu macam pisang yang mirip pisang Lombok, dan itu pun adalah hasil impor dari negara Karibia dan Amerika Latin. Sedangkan di bumi Indonesia, khususnya di Madura, pisangnya sangat beragam macam jenisnya, “bahkan di negara yang sempat dijajah Belanda selama 350 tahun ini, pisangnya ada 32 macam,” serunya.
Zawawi berharap, bagaimana kekayaan itu menjadi motivasi bagi generasi-generasi bangsa Indonesia agar terus memperdalam ilmu, dengan tetap menjaga moral dan etika.
“Di antara doa yang akan saya panjatkan, semoga nanti di tahun 2030, alumni STKIP ada yang menjadi presiden Republik Indonesia, atau minimal sebagai menteri-menterinya,” katanya penuh harap.
“Bapak ketua, ibu dekan, wisudawan-wisudawati, jejak kutinggal di sini, tapi senyummu kubawa pergi,” pungkasnya.
Tepuk tangan di ruang Gedung Graha Adi Poday terus bergemuruh sepanjang acara. Sebab, di sela-sela orasi motivasi oleh Pakde Zawawi, ia tampil membacakan beberapa puisi andalannya. Yaitu, antara lain yang berjudul Celurit Emas dan Indonesia Tanah Sajadah.
Khairul Affan, wisudawan STKIP PGRI Sumenep jurusan bimbingan konseling (BK) asal Desa Maddis Kecamatan Kota Kabupaten Pamekasan, mengaku sangat termotivasi oleh untaian ceramah D Zawawi Imron.
Pria yang akrab dipanggil Alunk mengatakan, insya Allah sebentar lagi ia akan pindah profesi dari cleaning servis menjadi guru BK. Sebab, salah satu yang juga menjadi motivasi baginya, pulang pergi setiap hari dari Pamekasan ke Sumenep, adalah janji dari kepala sekolah MAN 2 Pamekasan kepadanya.
“Insya Allah, sebentar lagi saya akan mengabdikan diri sebagai guru BK. Demi pengabdian, toh gajinya jelas akan turun, dari Rp 1.500.000 menjadi sekitar 900ribu. Tapi yang jelas, ilmu yang saya dapatkan ini nanti bisa bermanfaat untuk generasi setelahku, saya bersyukur atas ini,” paparnya seusai prosesi wisuda kepada Jejak.co, Rabu, (23/10/2019).
Di sela-sela sebelum pemanggilan nama-nama wisudawan, tim paduan suara ‘Bintang Sembilan’ di bawah asuhan STKIP PGRI Sumenep tampil memukau hadirin dengan aransement lagu karya Siti Badriah “Lagi Syantik”.
Di penghujung acara, diisi dengan pemberian penghargaan kepada dua orang wisudawan. Satu di antaranya adalah Shirtu sebagai mahasiswa berprestasi, karena karya ilmiahnya sering tembus di tingkat nasional, selain juga 12 karyanya yang berupa cerpen juga sempat dimuat di media nasional. Yang kedua, penghargaan yang sama juga diberikan kepada wisudawati lulusan terbaik jurusan BK, Zamratul Laili, dengan perolehan IPK tertinggi, yaitu 3,81. Masing-masing mendapatkan uang pembinaan dari Bank BNI sebesar Rp 500 ribu.
Penulis : Mazdon
Editor : Ahmad Ainol Horri