JEJAK.CO, Sumenep – Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nurul Ghufron mengatakan, pendidikan pesantren memiliki peran penting dalam gerakan antikorupsi.
Saat ini, mayoritas orientasi pendidikan untuk mendapatkan kerja, berbeda dengan pesantren. Santri yang menempuh pendidikan di pesantren untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, bukan mengejar nilai, ijazah atau mencari harta.
“Sekarang kalau ada pejabat kehilangan ijazah bingung. Kalau ilmunya hilang tidak bingung. Itu bukti kalau ijazah lebih penting dari ilmunya. Ini kebalikan dari pondok pesantren yang dulu salaf, yang tidak pernah mikir ijazah, tak mikir kelas sampai berapa tahun, yang penting ilmunya masuk,” kata Ghufron saat menjadi pemateri dalam halalbihalal dan seminar antikorupsi di Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep, Minggu (22/5/2022).

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron (tengah) saat menghadiri halalbihalal dan seminar antikorupsi di INSTIKA Guluk-Guluk, Sumenep, Minggu 22 Mei 2022 (Foto/Jejak.co).
Di antara penyebab suburnya perilaku korupsi, kata Gufron, karena orientasi atau niat pendidikan yang salah. Sejak masuk sekolah atau perguruan tinggi yang selalu dipikirkan pekerjaan setelah lulus menjadi sarjana.
Niat yang salah dalam pendidikan, yakni mendapatkan pekerjaan setelah lulus sekolah, akan merusak integritas. Tujuan yang salah masuk dunia pendidikan bukan lagi berpotensi namun dapat dipastikan akan memunculkan sikap koruptif.
“Maka jangan salahkan kalau kemudian lulus mikirnya uang. Apalagi kalau sudah lulus S2. Coba para pejabat pemerintahan yang sudah S2, pertanyaannya apakah mereka benar-benar kuliahnya,” lanjut Gufron di hadapan peserta seminar yang diselenggarakan Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA).
Ghufron menegaskan bahwa menuntut ilmu pada dasarnya adalah mencari kebenaran dan kemanfaatan demi mendekatkan diri kepada Allah. Hal itu dimiliki santri di pesantren.
“Di atas kebenaran, di atas kemanfaatan ada kesadaran bahwa kehidupan ini untuk mengabdi kepada Allah. Ini yang membedakan santri cari ilmu untuk mencari kebenaran, untuk mencari Allah. Tapi yang bukan santri cari ilmu untuk pekerjaan, cari harta, cari kesenangan,” kata Ghufron, menegaskan.

Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (ISTIKA) gelar halalbihalal dan seminar antikorupsi dengan mendatangkan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron
Ghufron kemudian menekankan pada pesantren yang bertransformasi ke pendidikan formal agar terus konsisten dan merawat niat santri dan mahasiswa dalam mencari ilmu.
“Silakan pesantren bertransformasi ke dunia formal tapi jangan tinggalkan subtansi mencari ilmu. Kalau sudah tercerabut dari keilmuannya, sejak saat itu amanah santri-santri yang dihadirkan orangtuanya sudah mulai salah,” ujarnya.
Santri merupakan kader bangsa yang diharapkan mampu merawat dan membangun cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia yakni kemakmuran dan keadilan.
“Antikorupsi membutuhkan kader-kader bangsa yang yang hidup untuk merawat Indonesia, memakmurkan Indonesia dan menciptakan keadilan, bukan orang yang hanya hadir untuk hidup cari pekerjaan hidup di Indonesia,” pungkasnya.
Penulis : Thofu
Editor : Ahmad Ainol Horri