JEJAK.CO-Pengembangan Wirausaha Muda Sumenep (WMS) utamanya di bidang konveksi, terus mengalami peningkatan. Peserta bersama pendamping yang dipusatkan di rumah produksi setiap hari kompak mengembangkan produksinya.
Hamzari, salah seorang pendamping WMS di bidang konveksi mengatakan, kelompok wirausaha muda di bidang konveksi yang terdiri dari alumni tahun 2017-2018, kini sudah mampu memproduksi berbagai macam produk.
“Alhamdulillah, saat ini masih berjalan dengan baik. Bisa dikatakan, teman-teman hari ini, mereka yang merupakan alumni tahun 2017-2018 kemarin, mampu terus meningkatkan produksi, sudah mampu berproduksi berbagai macam produk,” terangnya, Senin (28/10/2019).
Selama ini, produk WMS bidang konveksi yang paling banyak diminati pasar, kata Hamzari, antara lain produksi kaos polos, kaos oblong, dan kaos training. Tak kalah laris juga produk konveksi bordir, seperti bordir songkok dan baju.

Hasil karya Wirausaha Muda Sumenep (WMS) pada saat pameran pembangun yang diselenggarakan Pemkab setempat (Foto/Mazdon)
Alif Lutfiyah (28), salah seorang tim produksi asal Desa Poja Kecamatan Gapura, Sumenep yang menangani marketing sekaligus pengarahan skill di WMS, menyebutkan, para pekerja WMS di bidang konveksi dibagi menjadi 4 kelompok jenis pekerja, “ada yang fokus menangani konveksi kaos, ada yang di pakaian, di produksi songkok nasional, dan terakhir ada yang di bagian jasa bordir,” timpalnya kepada Jejak.co saat ditemui di rumah produksi WMS yang terletak di sebelah timur Taman Bungan Sumenep.
Alif akrab disapa, mengungkapkan bahwa produksi songkok nasional dengan model polos yang diproduksi oleh peserta WMS merupakan satu-satunya produksi yang ada di Sumenep.
“Produksi songkok nasional ala WMS ini satu-satunya di Sumenep. Pesannya bisa sekalian dengan bordirnya. Sejak kemarin, yang banyak pesan itu bordiran logo NU, logo Ansor, nama komunitas, nama Sumekar, ada juga yang dari PKB dan Pemkab,” tuturnya.
Sedangkan untuk jenis kaos polos, tutur Alif lebih lanjut, harganya bervariasi, tergantung pada kualitas kain, warna, dan ukurannya. “Untuk kaos polos lengan pendek, dengan kualitas standart, harganya sekira Rp45 ribuan, dan untuk lengan panjang kami hargai Rp75 ribu,” ungkap dia.
Jumlah wirausaha muda yang bergabung di bidang konveksi, hingga detik ini ada sekitar 85 orang. Rinciannya, yaitu 50 orang di konveksi pakaian, 20 orang di konveksi kaos, dan di konveksi songkok plus bordirnya sekitar 15 orang. Mereka semua mendapatkan upah berupa bagi hasil dimana target minimal penyelesaian dalam satu hari antara 5 sampai 6 kaos.
“Per-pcs Rp10 ribu. Bagi hasil. Target minimal dalam satu hari harus 5 sampai 6 pcs kaos. Kalau sampai dapet 6, berarti mereka dapet Rp60 ribu,” pungkasnya.

Alif Lutfiyah (tengah) saat memberi arahan kepada para wirausaha muda bidang konveksi di rumah produksi, Senin (28/10/2019)
Juhartatik (31), warga asal Dusun Somangkaan, Desa Karduluk Sumenep mengaku bahwa selama 2 bulan saja bergabung di WMS kini sudah mahir menggunakan semua jenis konveksi yang telah dipelajarinya sejak Bulan Agustus 2019 kemarin. “Ini semua sudah bisa,” ungkapnya.
Walaupun sebelumnya ia telah menekuni dunia jahit-menjahit, ia malah bersyukur ada di WMS, “Ya, di rumah saya emang sudah jahit baju, tapi saya tertarik untuk gabung di sini, terutama karena di sini diajari bikin konveksi kaos,” kata dia.
Yang kedua, menurut Tatik biasa dipanggil, bimbingan dan pengkaderan yang diterapkan di WMS cukup memuaskan. “Bagus, baik, alhamdulillah, ini masih menunggu tahap kerja,” tukasnya.
Tidak hanya dia, di antara teman-teman wirausaha muda yang sempat Jejak.co temui adalah Siti Azizah, gadis asal Probolinggo yang saat ini masih berstatus sebagai santri di Ponpes Annuqayah Daerah Latee. Dia mengatakan betah selama sebulan ini belajar (magang) di WMS.
Ditanyakan bagaimana pelayanan pendamping dan tim produksi saat memberi arahan? Icha, begitu ingin disapa, mengaku sering gagal saat belajar menyelesaikan jahitan baju atau kaos, “tapi pendampingnya enak, alhamdulillah, terus diarahkan. Kesulitannya itu ya, kita harus telaten dan juga sabar,” ujarnya.
Icha berharap kelompok wirausaha muda milik Pemkab Sumenep ini ke depan makin maju dan jaya, baik dari segi manajemen pelayanan, pemasaran, dan pelatihan yang diberikan kepada semua anggota WMS yang masih magang.
“Harapan saya, untuk pribadi dan untuk kelompok. Pertama, mudah-mudahan saya nanti mahir dalam menjahit, dan untuk WMS sendiri semoga ke depan, bagaimana me-manage yang lebih baik lagi dari sebelumnya,” tukasnya.
Menurut Hamzari, beberapa kesulitan yang dihadapi selama menjadi pendamping kelompok wirausaha usaha muda di bidang konveksi adalah terkait bagaimana menanamkan mental interpreneaur sejati. “Sulit, bagaimana membangun mental yang fokus berkreasi dan berinovasi,” katanya.
Oleh sebab itu, Hamzari berharap agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep terus memberikan support dan perhatian kepada para pengelola WMS, khususnya para pemuda dan pemudi yang bergabung di dalamnya. “Bagaimana WMS ini terus berkembang, (dan tentunya) itu untuk kemajuan Pemerintah Kabupaten Sumenep ini (sendiri),” pungkasnya.
Penulis : Mazdon
Editor : Ahmad Ainol Horri