Keren! Berbagai Macam Miniatur Bambu Ini Karya Santri – Jejak

logo

Keren! Berbagai Macam Miniatur Bambu Ini Karya Santri

Selasa, 29 Oktober 2019 - 22:47 WIB

5 tahun yang lalu

Finalis lomba miniatur bambu CSD di Madrasah Nasy'atul Muta'allimin Gapura, Sumenep, Madura.

JEJAK.CO-Demi meningkatkan kreativitas anak, Sekolah Aliyah (MA) yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren Nasy’atul Muta’allimin Desa Gapura Timur, Kecamatan Gapura, Sumenep, Madura, Jawa Timur menggelar lomba miniatur bambu.

Lomba yang bertujuan untuk memacu kreativitas siswa tersebut diberi nama ajang tahunan ‘Creative Student Day’, atau biasa disingkat CSD. “Sebuah ruang bagi siswa-siswi untuk unjuk kreasi,” tulis salah satu pengasuh Ponpes Nasy’atul Muta’allimin Kiai A Dardiri Zubairi dalam akun facbooknya, Senin (28/10/2019).

Menurut Kiai Dardiri, begitu biasa dipanggil, ajang kreativitas ini sudah berlangsung selama 11 tahun yang lalu. “Tiap tahun selalu ada yang unik. Dengan adanya kegiatan Creative Student Day, (pihak) madrasah jadi tahu potensi siswa. Kadang kita kaget, ternyata siswa ada yang pinter melukis, misalnya,” tuturnya kepada Jejak.co, Selasa (29/10/2019).

Kiai Dardiri menerangkan bahwa kreativitas ini juga merupakan ajang untuk melatih kecerdasan peserta didik sejak dini. Namun sayang, di beberapa sekolah sekarang, penggemblengan kreativiatas model ini mulai banyak ditinggalkan.

“Sekolah hanya menganggap penting siswa menjawab soal. Sehari-hari sekolah hanya melatih jawab soal itu. Padahal, hidup bukan jawab soal semata. Hidup itu adalah persoalan yg butuh dijawab juga. Dan itu bisa dilakukan sama orang yang telaten, sabar, kreatif dan penuh ide,” tukas kiai yang sekaligus aktivis nan gencar memperjuangkan agraria di ujung timur Pulau Madura itu.

Salah seorang siswa kelas XI-IPS/2 yang ikut menyemarakkan lomba miniatur seni bambu, Hafidz, menceritakan proses kreativitasnya. Dalam ajang lomba itu, Hafidz mempersembahkan replika Masjid Darussalam yang menjadi tempat ia beribadah dan mengaji setiap hari.

“Itu replika masjid di asta (pesarean) Kiai Zubairi (orangtua dari Kiai Dardiri). Kalau dibikin sungguh-sungguh, kira-kira itu makan waktu 15 hari. Tapi ya, karena saya kan masih nyantri, jadi lebih dari 15 hari,” katanya.

Ia menuturkan, bahan utama pembuatan replika masjid tersebut terdiri dari bambu. “Tidak melelahkan, malah senang waktu bikinnya. Soalnya itu saya buat dengan cara ‘ecèl-kocèl’ (dikerjakan sedikit demi sedikit, red.),” ujarnya.

Sebelum menutup pembicaraan, ia berharap even yang seperti ini terus diadakan setiap tahun, “Alhamdulillah, bagus. Mudah-mudahan terus ditingkatkan, dan kalau bisa tahun depan bahannya diubah, dari batok kelapa,” pungkas dia.

Beda kreativitas, Sutrisno, kelas X MA Nasy’atul Muta’allimin, mengaku lebih tertarik untuk menciptakan miniatur menara Eifel. Sebab, selain tingkat kerumitannya tinggi dan menantang, menara di Kota Paris itu baginya merupakan salah satu bangunan seakan menggugah mimpi dan cita-citanya.

Miniatur bambu ini hasil karya santri Ponpes Nasy’atul Muta’allimin Gapura Sumenep (Foto/Ist)


“Itu dari tusuk sate. Sepuluh hari saya membuatnya. Waktu ngerjakannya sehabis zuhur atau setelah isya’,” katanya.

Ia mengaku mendapatkan ide pembuatannya dari hasil menonton youtube. Sebelumnya, ia juga pernah membuat miniatur rumah dari stik es krim. “Senang aja. Waktu itu dapet tugas dari guru,” pungkas dia.

Satu lagi kreativitas unik dari siswa di lembaga yang ada di Ponpes Nasy’atul Muta’allimin ini. Ach Syaibani Am nama lengkapnya. Siswa kelas X-IPS ini mengaku tertarik untuk membuat keterampilan sandal bambu trendy karena menurutnya, keterampilan yang bagus itu, selain enak dilihat, juga dapat dimanfaatkan untuk aktivitas sehari-hari.

“Itu idenya saya dapat dari sandalnya tetangga, Mas. Bahannya juga dari bambu, tapi selempangnya (tali sandal, red.) itu saya modif lain,” tuturnya.

Syaibani, begitu ia ingin akrab disapa, lalu menyebutkan bahwa pembuatannya membutuhkan waktu selama 17 hari. Sebab, terang Syaibani, cara menyamakan bentuk atau menyerasikan antara alas dan tali sandalnya mesti teliti dan telaten. 

“Mesti sama, antara atas dan bawahnya. Sengaja saya bikin tipis di depan dan tebal di bagian belakangnya, soalnya kan kalau pas dipakai ambil wudu, khawatir percikan air dari bawah mudah kena ke kaki,” tukasnya.

Tidak hanya itu, beberapa peserta lain yang ikut menyemarakkan ajang CSD tahunan ini diantaranya, Roni Firdaus kelas XI-IPS dengan miniatur mobil antiknya, Faizun al-Fadil kelas XI dengan karyanya yang berupa miniatur perahu, kemudian juga Faiqurrahman kelas XI-IPS yang juga tampil dengan miniatur perahu bambu.

Imam Abdurrahman, yang bertugas sebagai juri dalam lomba rutin tahunan ini menyampaikan, beberapa kriteria penilaiannya, pertama adalah nilai seni artistiknya, orisinilitas kemudian detail karya atau tingkat kerumitannya. “Itu saja kriteria penilaiannya, sederhana saja,” jabar guru pengampu materi Aswaja itu dengan singkat.

Sementara ketua panitia kegiatan ini, Faidi Rizal Alif yang bertugas mengampu materi Bahasa Indonesia menyebutkan, dalam ajang ini tidak hanya berupa pagelaran lomba miniatur bambu. Selain itu, kita mengadakan lomba literasi se-Jawa Timur.

“Ada lomba Cipta Puisi untuk tingkat SMA se-Jawa Timur. Sementara untuk kategori cerpen dan esai ini sifatnya hanya wajib untuk siswa-siswi di lembaga ini,” ungkapnya. 

Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa untuk kategori lomba cerpen dan esai, saat ini masih dibuka. “Ayo kalau ada yang mendaftar, kita tunggu. Hubungi saya,” katanya menawarkan.

Pengasuh sekaligus pembina MA Nasy’atul Muta’allimin Kiai A Dardiri Zubairi menambahkan bahwa dirinya sangat apresiatif terhadap digelarnya lomba kreativitas ini.

Ia mengutarakan akan mengambil langkah serius untuk itu, bahkan mantan aktivis PMII itu menyampaikan akan menyediakan wadah bagi kreativitas siswa-siswinya.

“Ke depan, kita akan lebih serius mendampingi mereka. Saya berencana akan membuat bengkel kreatif dan mengangkat satu guru kreatif untuk mendampingi mereka, agar terus mengasah ide dan membuat kreativitas baru,” katanya.

“Siapa tahu bisa dipasarkan dan bisa membantu biaya pendidikan mereka,” pungkasnya.

Penulis : Mazdon
Editor : Ahmad Ainol Horri


Baca Lainnya