JEJAK.CO – Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya memberikan pelatihan tentang pengolahan limbah batang pisang menjadi pupuk organik cair dan pestisida organik kepada LMDH Desa Dilem, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto.
Kegiatan tersebut merupakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilaksanakan di Desa Dilem, dimulai pada tanggal 10 Juni sampai 21 Juli 2024.
Dengan tema Penerapan Inovasi dan Teknologi Guna Mendukung Pencapaian SDGs Desa, mahasiswa yang melaksanakan tugas kampus itu memberikan pengetahuan inovasi tentang pengolahan limbah batang pisang menjadi pupuk organik cair dan pestisida organik.
“Program yang sedang dikembangkan adalah mengubah limbah batang pisang menjadi pupuk organik cair dan pestisida organik. Hal ini tidak hanya membantu mengurangi limbah organik yang dibuang ke lingkungan, tetapi juga mendukung pertanian organik yang semakin diminati,” kata Rizky Arif Firmansyah, salah satu peserta KKN, Selasa (16/7/2024).
Rizky Arif Firmansyah mengembangkan teknik pengolahan limbah batang pisang menjadi pupuk organik cair dan pestisida organik bersama dua teman anggota KKN lainnya, yakni Kapabel Adi, dan Rindang Raharjo dibawah bimbingan Dia Puspitasari.
Program kerja yang dijalankan oleh kelompok KKN ini selaras dengan visi yang diusung oleh YPTA UNTAG Surabaya dengan konsep PERTIWI (Patriotisme, Etika, Profesi, Ramah Lingkungan, Toleransi, Transparan, Integritas, Wawasan Global, dan Inovatif)
Geografis Desa Dilem berada dibawah kaki bukit semar. Mayoritas penduduk desa menjadi petani ladang milik perhutani. Masyarakat diberi hak untuk mengelola dengan sistem berbagi hasil.
Di Desa Dilem, terdapat berbagai varietas tumbuhan yang cocok ditanam di daerah kaki bukit, seperti pisang, jahe, porang, singkong, dan serai. Mayoritas warga menanam pohon pisang dala pemanfaatan lahan sendiri. Sehingga tempat pengolahan kripik pisang di desa ini cukup besar. Kegiatan UMKM dengan produksi kripik pisang ini menjadi sumber utama mata pencaharian warga setempat.
“Dibalik potensi itu, limbah batang pisang dan UMKM sering dianggap sebagai sampah yang tidak berguna. Padahal limbah itu bisa bernilai ekonomis manakala dikelola dengan benar,” ujarnya.
Karena itu, KKN kelompok 11 R4 ini membuat inovasi agar limbah tersebut bisa menjadi sumber daya berharga. Salah satu solusi inovatif yang dikembangkan adalah mengubah limbah batang pisang menjadi pupuk organik cair dan pestisida organik. Hal ini tidak hanya membantu mengurangi limbah organik yang merusak lingkungan, tetapi juga mendukung pertanian organik yang semakin diminati.
“Hasil pengamatan kami di lapangan, petani pisang memiliki masalah dalam mengolahan limbah dari batang sisa panen, limbah kulit pisang dari UMKM keripik pisang,” ungkapnya.
“Program yang kami kembangkan guna membantu petani dan UMKM agar limbah sisa panen dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga bisa menjadi suatu hal yang bermanfaat dan membantu dalam mengembangkan ladang mereka,” imbuhnya.
Sementara itu, proses pengolahan limbah batang pisang menjadi pupuk organik cair dan pestisida organik melibatkan beberapa langkah kritis. Yaitu, limbah batang pisang dikumpulkan dan dipisahkan dari material lain seperti daun dan buah yang tidak terpakai. Kemudian, limbah ini difermentasi dengan bantuan mikroorganisme yang menguraikan bahan organik menjadi nutrisi yang lebih mudah diserap oleh tanaman.
Setelah proses fermentasi selesai, cairan hasil fermentasi ini dapat digunakan sebagai pupuk organik cair. Kandungan unsur hara yang tinggi dalam cairan ini membantu memperbaiki struktur tanah dan menyediakan nutrisi esensial bagi pertumbuhan tanaman.
Selain itu, dengan penambahan bahan tambahan tertentu, cairan fermentasi ini dapat dijadikan pestisida organik yang efektif untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman tanpa meninggalkan residu berbahaya.
“Jadi semua sampah dan limbah yang murni dari hasil panen dari ladang mereka berupa batang pisang dan limbah kulit pisang dapat dimanfaatkan kembali menjadi suatu hal yang bermanfaat, sehingga bisa membantu mereka dalam mengembangkan bibit pisang menjadi pisang yang berkualitas karena bebas dari bahan kimia dan murni berasal dari bahan alami,” jelasnya.
Pengolahan limbah batang pisang menjadi pupuk dan pestisida organik memiliki sejumlah manfaat yang signifikan. Di antaranya, mengurangi jumlah limbah organik yang masuk ke tempat pembuangan sampah atau dibuang begitu saja ke lingkungan.
Kemudian peningkatan kualitas tanah, yakni pupuk organik cair meningkatkan kesuburan tanah secara alami dan berkelanjutan.
Manfaat lain adalah promosi pertanian organik yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Juga penghematan biaya pembelian pupuk kimia dan pestisida sintetis, serta mengurangi risiko terpapar bahan kimia berbahaya.
Tak hanya itu, pemanfaatan pengolahan limbah batang pisang menjadi pupuk dan pestisida organik memberikan peluang baru bagi petani atau pengusaha untuk menghasilkan produk tambahan dari limbah pertanian.
“Dalam pewujudan manfaat dari program ini, kelompok kami sudah mendemokan kepada ketua LMDH dan kelompok tani di Desa Dilem, dan bapak ketua LMDH dan kelompok tani senang serta menerima ide dari kelompok 11 ini karena memang mereka membutuhkan dan mungkin bisa membantu mereka dalam memanfaatkan menjadi suatu hal yang bermanfaat,” pungkasnya.
Untuk diketahui, terdapat 12 kelompok dari 35 mahasiswa yang ikut serta dalam melaksanakan kegiatan ini. Setiap kelompok beranggotakan dua sampai tiga orang dengan program kerja yang berbeda-beda. (*/rei)