Jejak.co-Sejak dibuka pertama kali, 8 Juni 2019, destinasi wisata Gua Soekarno di Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur mendadak ramai didatangi pengunjung, baik masyarakat lokal Kabupaten Sumenep, maupun dari luar Pulau Madura.
“Pada musim lebaran kemarin, angka pengunjung perhari mencapai 3.000 sampai 5.000 pengunjung,” ungkap Syaiful Anwar, pengelola Gua Soekarno yang akrab dipaggil Anwar itu.
Pada hari-hari biasa, jumlah pengunjung perhari masih fluktuatif, yaitu dalam kisaran delapan ratusan. “Tapi pada saat weekend, alhamdulillah, tembus mencapai 1.800 sampai 2.000 orang,” terangnya penuh syukur saat diwawancarai oleh Jejak.co, Senin (1/7/2019).
Untuk menjaga stabilitas masyarakat sekitar lokasi objek wisata, dimana mayoritas penduduknya adalah muslim, maka konsep yang dijadikan prinsip dalam pengelolaan wisata alam Gua Soekarno ini adalah positive tourism. “Konsep yang kita usung adalah positive tourism, yakni wisata yang positif, wisata yang sesuai dengan nilai-nilai religius dan tentu dengan corak budaya setempat,” jelas Anwar.
Sebab selama ini, tambahnya, sebagian orang beranggapan, wisata sebagai tempat yang negatif. Maka, untuk mengikis asumsi itu, pihak pengelola terus berusaha supaya Gua Soekarno ini menjadi contoh bagi tempat wisata yang lain.
“Salah satu contohnya, kami melarang masuk bagi pengunjung yang memakai celana atau rok pendek di atas lutut. Jika kebetulan ada yang demikian, kami sengaja menyediakan ‘sampér’ (baca: sarung batik). Setelah mengenakannya, baru mereka boleh masuk, dan dapat menikmati destinasi wisata alam Gua Soekarno,” tegasnya.
Itulah sebagian rahasia dari suksesnya pengelolaan wisata Gua Soekarno. Selain itu, Anwar menyatakan bahwa 10 persen dari pendapatan diberikan kepada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di wilayah sekitar. “Hal itu adalah untuk bantu meningkatkan SDM masyarakat Desa Panaongan dan sekitarnya. SDM yang kelak menjadi penerus bangsa di kancah nasional dan internasional,” seru Anwar.
Selain itu, destinasi wisata ini tutup Hari Jumat. Semua karyawan libur kerja. Tujuannya untuk menghormati kearifan lokal. “Kalau Hari Jumat itu kan mepet dengan Salat Jumat, waktu untuk kita mendekatkan diri kepada Allah. Kami khawatir, jika pada hari itu tetap buka, akan banyak orang yang tidak salat Jum’at. Otomatis, kita kan ikut dosa,” tambahnya.
Pengelolaan wisata yang ada di pantai utara Sumenep ini melibatkan masyarakat setempat, termasuk musik yang bertugas menghibur pengunjung dalam gua. “Untuk musisi, yang menghibur pengunjung dengan penampilan musik di sini, mereka adalah warga sekitar yang, dahulunya, bekerja sebagai nelayan dan tukang ojek. Karena mereka punya skill, maka kami ajak mereka untuk bergabung bersama kami di sini,” ceritanya.
“Karena niatan kami membuka tempat wisata ini adalah demi mengurangi angka pengangguran,” lanjutnya. “Sampeyan kan tahu sendiri, dengan adanya wisata Gua Soekarno ini, di luar sana (di luar gua) banyak orang yang berjualan,” lanjutnya.
Syaiful Anwar menyatakan bahwa nanti, masyarakat yang berjualan di luar dan di atas gua akan dibuatkan kios, agar mereka lebih enak berjualan, dan suasananya menjadi lebih tertib,” pungkasnya. (don/yon)