Jejak.co – Sepekan berlalu, salah seorang aparatur sipil negara (ASN) ditangkap polisi karena kepergok mencuri sepeda pancal di area Taman Bunga, Kabupaten Sumenep, Minggu (9/2) pagi.
Tersangka ASD (51) warga Desa Kolor Sumenep itu kini mendekam di tahanan Polres Sumenep. Kepada penyidik, ASD mengaku nekat mencuri sepeda lantaran ingin melunasi cicilan mobil Toyota Kijang Innova yang dibelinya secara kredit.
Berbeda dengan ASD, salah seorang guru PNS di SDN Nginbungin, Kecamatan Dungkek, Sumenep ini punya cara tersendiri untuk meraih apa yang diinginkannya.
Adalah Hozari (56), pria yang lahir tanggal 20 Desember 1963 itu mulai menekuni budidaya lebah madu sejak tahun 2014 silam. Dalam sekali panen, omset yang diraupnya mencapai Rp 175juta hingga Rp 200juta.
“Pokoknya, kalau kata Pak Khozari itu, sekali panen katanya cukup lah untuk beli (mobil, red) Jazz,” ungkap Rahmat (35), salah seorang karyawan Hozari, Minggu (16/2/2020).
Jejak.co menemui Rahmat saat sedang menjaga ternak madu milik Hozari di sebelah barat Pasar Jangara Desa Paberasan Sumenep.
Rahmat mengutarakan, pemasaran hasil panen ternak madu milik Haji Hozari ini dijual dalam bentuk paket dan eceran, dijual kepada penduduk lokal Sumenep dan juga dipasarkan hampir ke seluruh provinsi di Indonesia.
“Ini (pemasarannya, red) hampir menyeluruh di Indonesia. Kalau di (Pulau) Jawa ini sudah menyeluruh: Bali, Banyuwangi, Klaten itu Jawa Tengah ya, sampai Jakarta daerah Bekasi itu,” ungkapnya.
Bahkan, Haji Hozari memasarkan madu hasil ternaknya itu sampai ke Kalimantan, Malaysia, dan Batam. “Pokoknya setiap bulan itu 2000 botol habis,” tukas dia.
Rahmat bercerita, padamulanya Haji Hozari hanya punya 20 kotak sarang lebah. Sekarang sudah 400 kotak lebih. Dalam satu kotak normal bisa menghasilkan 5 sampai 7 botol kecap (ukuran 650 ml).
“Kalau proses normal panen itu minimal 25, 30 sampai 40 hari. Gampangnya, biasanya perbulan kita panen,” ungkapnya
“Perbotol kalau saya ngecer sendiri itu Rp 100ribu, kalau (kepada, red) pengepul biasanya 95ribu bisa sampai 80ribu. Sedangkan yang botol kecil itu harganya Rp 50ribu,” bebernya.
Saat ini, jumlah karyawan yang bekerja membantu Haji Hozari, demikian Rahmat memanggilnya, kini sudah mencapai 20 orang. Gajinya pun berbeda-beda, mulai dari Rp 2juta sampai Rp 5juta perbulan.
Perawatan
Rahmat mengutarakannya kepada Jejak.co sambil membuka kotak tempat ribuan lebah memproduksi telurnya. Menurutnya, usaha lebah madu itu cukup mudah namun butuh ketelatenan.
Telaten maksudnya harus bekerja sesuai teknis perawatan. “Kalau nggak telaten, penjagaan kurang, ya harus beli terus ratunya, dua tiga kali panen harus beli bibit ternaknya,” ujarnya.
Disampaikan, untuk dapat beternak madu, kita hanya butuh menyediakan kotak dari kayu atau semacamnya, yang dapat menampung 6 sarang lebah persegi panjang. Dengan ukuran, 25x40cm berikut 6 tempat pakan asupan pembantu.
Setelah itu, kita sediakan bibit atau ratu lebahnya. Dalam satu kotak ada 6 ekor ratu lebah, sesuai jumlah sarang yang ada dalam kotak tersebut.
Baris pertama diisi sarang yang sudah ditempati telur, kemudian baris kedua, ketiga, dan keempat adalah sarang kosong. Sedangkan baris yang kelima dan keenam adalah sarang yang telah berisi telur atau tepung sari. Sisa ruang yang ada diisi dengan wadah makanan pembantu sebanyak sarang yang ada.
“Ya, di sini kan ada telur, kosong, kosong, kosong, telur atau tepung sari, telur, kemudian tempat bantuan asupan makan tawon berupa gula cair sebanyak 6 wadah kotak kecil,” urainya.
Jika di antara baris yang kosong ada telurnya, maka baris tersebut harus diambil dan diganti dengan sarang kosong lain, “sehingga mereka yang sebelumnya bertelur di sarang yang kosong akan pindah dan bergabung sama mereka di sarang yang sudah ada telurnya,” timpalnya menyimpulkan.
Jika tidak dengan cara demikian, sambung Rahmat, maka kita harus selalu mengulak ratu lebah setiap kali panen. Ratu lebah ternak milik Haji Hozari katanya berasal dari Australia, jenis Mellifera.
Ikuti kemauan lebah
Beternak lebah madu tidak jauh beda dengan hidup sebagai pengembala. Hozari kata Rahmat kerapkali harus rela menomadenkan lebahnya, pindah ke satu desa ke desa lainnya. Ia harus mencari lokasi dengan ketersediaan pasokan makanan alam yang baik untuk para lebah. “Yang ada bunga atau tepung sarinya,” kata Rahmat.
Sejumlah tempat telah Hozari sewa untuk tempat budidaya hewan penghasil madu ini. Beberapa diantaranya adalah di Ambunten, Rubaru, Saronggi, Lenteng, Ganding, Paberasan.
“Saat ini, itu beliau baru merintis di Desa Nyabakan, dekat Kantor Polsek Batang-Batang yang baru. Itu sekarang pas lagi kerja,” tandas Rahmat.
Penulis: Mazdon
Editor: Ahmad Ainol Horri