JEJAK.CO-Sebanyak 8 paguyuban keris yang menuntut Carto mundur sebagai Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Kadisparbudpora) Kabupaten Sumenep pada tanggal 26 September 2019 kemarin, ternyata berakhir damai.
Pasalnya, tuntutan itu muncul karena sejumlah paguyuban di Sumenep tidak dilibatkan dalam kegiatan pameran keris. Yang terlibat hanya sebagian saja.
Namun saat kembali ditanya bagaimana tindak lanjut mengenai persoalan tersebut? Ketua Paguyuban Keris Pakem Sumenep Ach. Basiriansyah, yang menjadi juru bicara (Jubir) dalam tuntutan perkara ini, mengatakan sudah ada konsolidasi terkait masalah tersebut.
“Sudah baikan, Mas” ungkap kepada Jejak.co, Jumat (4/10/2019), dihubungi via telepon seluler.
Basiri, akrab disapa, mengutarakan, ada kesalahpahaman komunikasi terkait kebijakan Kadisparbudpora Sumenep, dimana sebelumnya Carto dinilai tidak memahami pengukuhan Sumenep sebagai Kota Keris
“Cuma kesalahan komunikasi,” singkat Basiri.
Terpisah, Kadisparbudpora Sumenep Carto juga membenarkan akan hal itu. Bahwa pihaknya menyatakan telah mengadakan konsolidasi terkait kesalahpahaman dengan beberapa anggota paguyuban keris atas kebijakannya.
“Ya, sudah. Sudah ada pertemuan. Ndak masalah. Intinya itu aja ya, Mas. Ini saya sedang mau rapat di ruang Pak Sekda,” tukas Carto kepada Jejak.co, Jumat (4/10/2019), dihubungi via telepon seluler.
Sebelumnya, pelaksanaan pameran keris bertajuk Sumenep Berkeris 2019 tersebut mendapat sorotan dari beberapa pegiat keris yang tergabung dalam sejumlah paguyuban. Yaitu, antara lain paguyuban Gapensaka, Pakem, Patrem, Kesultanan, Sinar Payudan, Arya Wiraraja, dan Pelar Agung.
Dalam tuntutannya, mereka sepakat mengajukan surat tuntutan agar Kadisparbudpora Carto mundur dari jabatannya. Mereka juga meminta kepada Bupati Sumenep A Buya Busyro Karim agar segera mengevaluasi kegiatan pameran keris yang dilaksanakan Disparbudpora di area depan Museum Keraton Sumenep pada tanggal 20-23 September tersebut.
Pameran bertajuk Sumenep Berkeris 2019 tersebut dianggap hanya kegiatan seremonial belaka, dan diadakan hanya untuk menghabiskan anggaran.
Menurut mereka, digelarnya pameran tersebut, selain bahwa Kadisparbudpora tidak memahami pengukuhan Sumenep sebagai Kota Keris, pihaknya juga dianggap hanya melibatkan oknum-oknum tertentu. Yaitu, dengan cara mengesampingkan peran para pemerhati keris yang sudah turut serta mengusung citra Sumenep sehingga resmi mendapat julukan Kota Keris oleh UNESCO.
Sebelum mengakhiri pembicaraan, Basiri beberapa waktu lalu menyampaikan harapan semoga tidak ada lagi persoalan serupa, khususnya dalam dunia perkerisan di Sumenep.
“Semua dunia perkerisan semakin bersatu untuk membangun Sumenep, kayak gitu dah,” tukasnya.
Penulis : Mazdon
Editor : Ahmad Ainol Horri