Strategi Kepala Puskesmas Kalianget Berhasil Realisasikan BIAN hingga Didatangi UNICEF – Jejak

logo

Strategi Kepala Puskesmas Kalianget Berhasil Realisasikan BIAN hingga Didatangi UNICEF

Sabtu, 17 September 2022 - 15:02 WIB

2 tahun yang lalu

Kepala Puskesmas Kalianget drg. Yenny Tri, M. Kes sukses laksanakan program BIAN (Foto/jejak.co)

JEJAK.CO, Sumenep – Manyadarkan masyarakat untuk ikut program imunisasi bukanlah hal mudah. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 dimana sebagian masyarakat takut dengan vaksin.

Program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) yang dicanangkan Kemenkes untuk mengejar cakupan imunisasi rutin yang menurun signifikan akbiat Covid-19, juga menjaga tantangan tersendiri bagi tenaga kesehatan.

Salah satunya nakes yang bekerja di Puskesmas Kalianget, Kabupaten Sumenep. Awal mulanya, program BIAN di daerah Kalianget mengalami kendala.

Namun berkat ide cerdas drg. Yenny Tri Suci sebagai Kepala Puskesmas Kalianget, program tersebut berhasil direalisasikan hingga mendapatkan apresiasi dari UNICEF.

Organisasi internasional di bawah naungan PBB itu hingga datang ke Kalianget untuk memotret perjuangan nakes dalam memperjuangkan keberhasilan program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN).

UNICEF rupanya tertarik dengan keberhasilan Puskesmas Kalianget dalam merealisasi program BIAN yang dipimpin drg. Yenny Tri Suci. Mereka ingin tahu bagaimana perjuangan nakes sukses mengajak masyarakat ikut program imunisasi Campak-Rubela. UNICEF ingin memotret kerja keras nakes di lapangan mengajak masyarakat agar mau diimunisasi.

“Kedatangan UNICEF disambut dengan kegiatan seremonial yang berlangsung di RA As-Syafiiyah, Desa Kalianget Barat, Kecamatan Kalianget pada Rabu, 14 September 2022,” kata Yenny Tri Suci.

Rombongan dari UNICEF juga diajak turun langsung ke rumah warga agar mengetahui langsung kondisi sosial masyarakat di wilayah Kalianget.

“Respon UNICEF luar biasa. Mereka terharu melihat kondisi masyarakat yang susah tapi tetap mau diimunisasi,” ungkap dokter gigi lulusan Unair Surabaya itu.

Wanita yang karib disapa Dokter Yeni itu kemudian bercerita sebab kesuksesan program BIAN di Kalianget. Menurutnya, keberhasilan itu berkat hasil kerja sama dengan organisasi kemasyarakatan (ormas), yakni dengan Fatayat, Muslimat dan Aisyiyah.

Dokter Yeni memilih kerja sama dengan ormas perempuan seperti Fatayat dan Muslimat karena masalah imunisasi erat kaitannya dengan seorang ibu.

“Orang tua itu cenderung ke ibu. Anaknya mau diimunisasi atau tidak tergantung ibunya, biasanya bapaknya tidak mikir itu, jadi kita memang sasarannya ke perempuan makanya cari ormas perempuan,” terangnya saat ditanya alasan memilih ormas perempuan.

Kerja sama dengan ormas perempuan diakuinya memiliki dampak yang luar biasa dalam menyukseskan program BIAN ditengah sebagian masyarakat takut dengan vaksin Covid-19.

Pengurus ormas perempuan itu membantu memberi penyadaran dan semangat bahwa program BIAN sangat penting. Sehingga para ibu mau membawa anaknya untuk ikut imunisasi.

“Awalnya, kebanyakan ibu ibu takut divaksin Covid. Padahal bukan. Namun akhirnya masyarakat sadar berkat bantuan ormas perempuan,” tuturnya.

Proses imunisasi itu semakin mudah karena sebagian besar pengurus Fatayat atau Muslimat punya lembaga PAUD sehingga lebih mudah konsolidasinya.

“Mereka mengumpulkan wali muridnya, kami yang memberikan sosialisasi tentang BIAN sehingga dapat dipahami kaum ibu ibu,” ujarnya.

Selain itu, untuk mempermudah deteksi anak yang belum dapat imunisasi Campak-Rubela, Puskesmas Kalianget intens komunikasi dengan pengurus Fatayat, Muslimat maupun Aisyiyah.

“Kami juga intens komunikasi. Biasanya pengurus ormas itu beri tahu kalau di dusun ini atau desa ini belum dapat imunisasi, sehingga kami lebih mudah mendeteksi, dan memberikan imunisasi,” imbuhnya.

Program BIAN di Kalianget Capai 98 Persen

Capaian program BIAN untuk anak usia 9 sampai 59 bulan di Kalianget sudah mencapai 98 persen dari target yang diberikan Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumenep sebanyak 2.138 orang.

“Sebelumnya capaian dari program BIAN ini rendah, hanya dapat sekitar 900 anak.
Kami data lagi, sweeping dimana saja anak yang belum dapat imunisasi Campak sehingga tercapai hampir 2.100,” kata Yeni kepada jejak.co, Jumat (16/9/2022).

Sebelumnya, lanjut Yeni, anak yang terdata mendapat imunisasi hanya yang datang ke posyandu. Karena realisasi dinilai lambat, kemudian pihaknya berinisiatif untuk mendata dan turun ke bawah dibantu kader dan ormas seperti Fatayat dan Muslimat hingga akhirnya program BIAN sukses.

“Kita sebulan (Agustus) kejar target itu, sambil mendata sekaligus imunisasi campak. Artinya, sebulan dapat lebih seribu. Teman-teman nakes kerja pagi-sore,” ujar alumi Unair ini.

Sementara anak yang belum imunisasi sekitar 2 persen dari target yang diberikan Dinkes Sumenep, dimungkinkan akibat beberapa faktor. “Di antaranya sakit, karena bepergian. Atau ada orang tua yang benar-benar tidak mau diimunisasi,” terangnya.

Dokter Yeni kemudian menegaskan, imunisasi Campak untuk usia anak 9 sampai 59 bulan. Di usia itu harus diimunisasi tanpa melihat status imunisasi sebelumnya. Sebab tahun 2021 tidak berjalan maksimal karena Covid-19. (REI)


Baca Lainnya