Ratusan Pengikut Syiah Kembali ke Aswaja, Ini Kata Bupati Sampang – Jejak

logo

Ratusan Pengikut Syiah Kembali ke Aswaja, Ini Kata Bupati Sampang

Kamis, 5 November 2020 - 16:57 WIB

4 tahun yang lalu

Tajul Muluk dan ratusan pengikut Syiah berikrar kembali ke Aswaja (Foto: Arifin)

Jejak.co – Ali Murtadho alias Tajul Muluk, beserta 274 orang penyintas Syiah yang ia pimpin kembali ke pangkuan Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja).

Kembalinya Ali Murtadho beserta ratusan pengikutnya ditandai dengan pembacaan ikrar bersama yang dilangsungkan di pendopo Bupati Sampang, Kamis (5/11/2020).

Salah satu poin ikrar yang dibacakan Ali Murtadho adalah mengakui kitab suci al Quran dan siap dibimbing oleh ulama Madura sesuai aqidah dan syariat Islam.

“Dengan ini saya menyatakan melepaskan diri dari aliran Syiah dan kembali ke ajaran Ahlussunah wal jamaah (Aswaja),” ucap pria yang karib disapa Tajul Muluk itu.

Dihadapan banyak pihak, Tajul Muluk lantas meminta maaf dan bersiap untuk takdzim kepada ulama dan tokoh masyarakat di Madura.

Semua itu kata Tajul, ia lakukan atas dasar kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

“Dari hati yang tulus kita mengikuti apa yang menjadi keinginan para tokoh dan kiai di Madura sehingga semua poin poin yang dipersyaratkan kami terima dengan lapang dada,” ungkapnya.

Pada saat yang sama, Bupati Sampang H. Slamet Junaidi mengaku sangat bersyukur atas kembalinya mantan penyintas syiah itu ke paham Aswaja, sebab hampir 10 tahun konflik horizontal itu menemui jalan buntu.

“Dengan sangat terbuka, kami atas nama pemerintah Kabupaten dan masyarakat Sampang siap menyambut baik. Dan kami akan memperlakukan semua masyarakat dengan baik,” Ucap Junaidi dalam sambutanya.

Menurut mantan anggota DPR RI itu, kesuksesan rekonsiliasi saat ini merupakan buah manis dari sinergitas pemerintah pusat, provinsi, daerah serta tokoh agama dan masyarakat.

“Semula kami tidak pernah mengintervensi keyakinan saudara saudara kami. Hal ini murni keinginan yang bersangkutan tanpa ada paksaan dari pihak manapun dan patut kita syukuri,” tegasnya.

Kehidupan pahit penyintas Syiah bermula dari kerusuhan di kampung halamannya, yakni di Desa Blu’uran Kecamatan Karangpenang dan Desa Karanggayam Kecamatan Omben, yang bermula karena penentangan warga atas keyakinannya, Syiah.

Konflik berdarah di Kota berjuluk Bahari itu pecah selama dua kali pada medio tahun 2011 dan 2012, sekelompok massa membakar rumah dan pesantren Tajul Muluk hingga menyisakan bangunan 4×5 meter yang ditempati ibu, istri dan anaknya.

Serangan yang lebih seporadis terhadap kelompok Syiah terjadi pada Agustus 2012. Puluhan rumah dibakar, puluhan orang terluka dan seorang pengikut Tajul tewas akibat serangan benda tajam.

Atas kondisi itu warga Syiah terusir dari kampung halamannya. Mereka tinggal sembilan bulan lamanya di gedung tenis indoor Sampang, lalu dipindahkan ke Rusunawa Sidoarjo hingga sekarang. (*)


Baca Lainnya