Politisi Sumenep Pesimis Pesantren Bisa Lahirkan Atlet Profesional – Jejak

logo

Politisi Sumenep Pesimis Pesantren Bisa Lahirkan Atlet Profesional

Rabu, 4 Agustus 2021 - 20:41 WIB

4 tahun yang lalu

Kontingen Pospenas Kalsel Raih Medali-Pertama dari Cabang-Atletik (Foto : kalsel.kemenag.go.id)

JEJAK.CO, Sumenep – Minimnya atlet tanah air yang berlatar belakang pesantren sempat menjadi atensi publik. Perhatian itu hadir ketika Imam Nachrawi menjabat Menpora RI memberi dukungan supaya pesantren juga ambil bagian dalam atlet tanah air.

Perhatian eks Menpora agar pondok pesantren bisa membidangi lahirnya atlet-atlet berprestasi di tanah air selalu dibicarakan di beberapa kali kesempatan.

“Jadi ke depan kita harap banyak atlet dari pondok pesantren, ketika dia bertanding Badminton, Taekwondo, Pencak Silat sambil dalam hatinya menghafalkan al- Quran. Dan yang harus kita dukung atlet-atlet sumbernya juga dari santri pondok pesantren,” kata Imam Nahrawi, kala menjabat Menpora, seperti dilansir Medcom.id, 2018 silam di Karnaval Budaya sekaligus memperingati hari lahir ke-33 Pondok Pesantren Asshidiqqiyah Jakarta.

Tak hanya sebatas

Atensi Menpora kala itu, seperti dilansir kompas.com November 2019, juga datang dari Fachrul Razi saat menjabat sebagai Menteri Agama. Lembaganya tahun 2019 lalu meluncurkan Pekan Olahraga dan Seni Antar Pondok Pesantren Tingkat Nasional.

Meskipun itu diutarakan sekelas pejabat negara, namun belum tentu pendapat serupa didukung oleh pejabat dan politisi daerah.

Adalah salah seorang Anggota DPRD Kabupaten Sumenep, Samioddien. Ia menilai pesantren kurang tepat untuk ambil bagian dalam membidangi lahirnya atlet-altlet di pagelaran olahraga.

Pesimisme itu dikatakan olehnya, karena pesantren itu ekuilibrum pendidikan dan keilmuan.

“Kalau di pesantren, waktu itu banyak disita dengan keilmuan,” katanya, saat dihubungi melalui sambungan selular, Selasa (3/8/2021).

Politisi PKB itu lalu melanjutkan, bahwa untuk melanjutkan presisi pesantren unjuk gigi dalam ajang olahraga secara konsisten adalah kemungkinan tersulit.

“Ya saya kira sulit. Saya kira untuk berprestasi itu sulit,” tambahnya.

Sudah barang tentu, penjelasan politisi senior itu berdasar. Impian pesantren untuk mengambil konsentrasi penuh di dunia olahraga bukanlah pilihan tepat dikarenakan pilihan itu akan terbentur dengan jam kegiatan santri yang sarat pengembangan keilmuan.

“Karena waktu di pesantren khusus olahraga itu sedikit. Minimal seminggu sekali untuk memperoleh hari libur panjang, itu pun terbatas, “jelasnya.

Lebih lanjut, anggota Komisi IV DPRD Sumenep itu juga mengutarakan, secara umum orang dengan bakat olahraga akan melabuhkan pilihan sekolahnya di lembaga pendidikan umum sementara jika pun masuk pesantren, maka juga akan menemukan kendala waktu untuk olahraga yang minim.

“Pada umumnya, orang yang punya bakat di olahraga ini tidak ke pesantren, sebab olahraga itu kan bakat, jadi yang punya bakat itu jarang lah ke pesantren. Lalu kalau ada orang yang berbakat dibidang olahraga masuk pesantren, ini sudah balik arah sudah, ndak mungkin,” ungkapnya.

Jadi, jikapun pemerintah membuat program khusus olahraga teruntuk santri-santri di pesantren, kata Samioddien, cukup memfokuskan program tersebut kepada pengembangan keilmuan saja.

Penulis : Rifand NL
Editor : Ahmad Ainol Horri


Baca Lainnya