JEJAK.CO – Politisi, birokrat, penulis dan komunitas jurnalis berkumpul bincang masalah literasi di salah satu rumah makan di Kabupaten Sumenep.
Pertemuan itu difasilitasi Pusat Studi Kebudayaan (PaSKA) Madura. Temanya Sumenep dalam Menulis. Politisi yang hadir adalah Ketua Komisi I DPRD Sumenep, Darul Hasyim Fath.
Politisi PDI Perjuangan itu mengatakan, bahwa aktivis yang mampu menulis selalu memiliki keajegan dalam berpikir dan menyampaikan pendapat serta kritiknya.
Kemampuan penulis dalam mengkonstruksi pikirannya dalam tulisan menjadi acara sederhana mengasah kepekaan memahami lingkungannya.
“Sejujurnya, ada banyak aktivis yang memiliki kemampuan menulis yang baik, kemampuan mengkonstruksi pikirannya ke dalam tulisan. Menurut saya, mereka aktivis yang ajeg, yang memiliki sikap istiqomah terhadap pilihan-pilihan hidupnya, menyampaikan pendapatnya, menyampaikan kritiknya yang terkonstruksi dalam tulisan yang baik,” kata saat membuka diskusi, Selasa (27/12/2022).
Politisi muda asal Pulau Masalembu itu juga menceritakan pengalaman dan pandangan dirinya dalam dunia menulis. Menurutnya, tulisan yang baik selalu menggambarkan satu pandangan yang terbebas dari rasa amarah.
“Saya sendiri pernah belajar menulis, tapi tidak seserius penulis-penulis yang lain. Tulisan yang baik bagi saya sebagai seorang politisi, adalah tulisan yang ditulis tanpa amarah. Sebab tulisan dengan amarah pasti bias,” ujar Darul.
Darul mengapresiasi kegiatan sarasehan literasi yang diselenggarakan PaSKA Madura. Baginya, diskursus masalah literasi akan melahirkan gagasan yang bisa jadi bekal untuk menegakkan peradaban di masa depan.
“Saya sepaham dengan kegiatan semacam ini, sebab tanpa tulisan, tak sesuatu hal pun yang bisa kita kenang. Kalau Tan Malaka bilang, dengan sumpah serapah sekalipun kau bangun reputasi nama baik di masa lalu, di masa depan tetaplah menjadi sampah bila tidak menulis,” tuturnya.
Di tengah simplifikasi medsos memotret realitas, lanjutnya, interaksi menulis kian hari kian rumit dipahami orang lain dan dipahami oleh diri sendiri.
“Karena itu, menulis yang baik selalu menghadirkan gagasan yang bisa menjadi bekal tegaknya peradaban di masa depan,” imbuhnya.
Kabag Hukum Sekretariat DPRD Sumenep, Hasan Basri yang ikut nimbrung dalam sarasehan itu juga memberikan tanggapan sekaligus sejarah dirinya mengenal dunia literasi.
Birokrat lulusan Universitas Brawijaya Malang itu mengatakan, dirinya belajar menulis pada tulisan AS Laksana. Ia mengaku suka baca karya AS Laksana karena lugas, berani dan mampu menggambarkan semua yang ada di kepalanya itu secara komprehensif.
Hasan kemudian berharap, para penulis dan jurnalis untuk bisa menggunakan kesempatannya dalam menuangkan karyanya yang lahir dalam kebebasan berpikir. Di tengah kondisi pilihan hidup yang kadang mengekang, kebebasan berpikir begitu berharga.
“Seperti kondisi saya sekarang sebagai pegawai negeri. Saya mengalami keterkekangan batin. Ketika saya ingin menuliskan semua hal, ternyata tidak bisa. Dalam kondisi seperti itulah, menurut saya kebebasan berpikir itu sesuatu yang sangat berharga,” ungkap Hasan.
Hasan menyadari masalah literasi menjadi tantangan yang luar biasa di tengah paradigma yang serba instan.
“Jadi, senyampang kita bisa bertemu dalam suasana seperti ini, tentunya hal ini sangat berharga. Dan bagi saya ini upaya untuk menyalakan lilin. Lilin untuk menerangi masa depan Sumenep yang lebih baik,” tandas Hasan. (rei)