JEJAK.CO-Beberapa hari yang lalu, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumenep melakukan isnpeksi mendadak (Sidak) terkait pengecatan ulang empat sisi sunscreen yang ada di jantung Kota Sumekar.
Wakil Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Sumenep Moh Latif menilai bahwa proyek pengecatan ulang tersebut terkesan membuang-buang anggaran. Karena menurut Latif, seharusnya perencanaan proyek sunscreen ini sudah matang sejak sebelum dibangun.
“Seharusnya sebelum proyek itu dibangun, perencanaannya harus matang. Kalau seperti ini kan, waktu itu perencanaannya hanya setengah hati. Karena ujung-ujungnya minta anggaran lagi,” ujar Latif kepada sejumlah media, Jumat (25/10/2019).
Menurut politikus PPP ini, selain manfaatnya tidak menyentuh kesejahteraan masyarakat, proyek ini terkesan boros anggaran karena alasan biaya perawatan dalam setiap tahunnya.
“Percuma saja, sekalipun sunscreen itu dicat dengan motif batik, tapi tetap tidak akan berdampak apa-apa pada pengrajin batik,” katanya.
Selanjutnya, Latif mengutarakan bahwa pihaknya akan melakukan evaluasi terkait anggaran perawatan dan pelaksanaan pengecatan.
“Yang jelas semua proyek itu kedepan akan kita evaluasi. Termasuk pelaksanaannya pun akan selalu kita awasi,” tukasnya.
Sementara itu, anggaran awal pembangunan sunscreen ini bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Sumenep tahun 2016 sebesar Rp 1,5 miliar lebih. Saat ini, untuk pengecatan ulang, dibutuhkan anggaran tambahan sebesar Rp 200 juta.
Terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) dan Cipta Karya Sumenep, Mohammad Jakfar menyampaikan, program pemasangan dan perawatan sunscreen ini sudah disetujui oleh banyak pihak, yakni pada tahun 2016 lalu.
“Mengapa banyak yang ribut-ribut ini, ya. Itu kan sudah disetujui 3 tahun yang lalu. Disetujui semua orang, ya dibangun. Nah, sekarang perlu dicat, perawatannya,” papar Jakfar kepada Jejak.co, Rabu (13/11/2019) via telepon seluler.
Lebih lanjut Jakfar menjelaskan, bahwa sebenarnya pengecatan ulang tersebut adalah, selain faktor warna cat 4 sisi sunscreen itu sudah kabur, juga bertujuan supaya warna jalan jantung kota tersebut tampil lebih cantik.
“Itu dulu kan dicat kuning, saat ini warna catnya kabur sudah. Setelah diturunkan, dicat ulang, warnanya warna batik. Ada yang gambar keris. Habis dicat dinaikkan lagi, agar lebih cantik. Kan begitu,” terangnya lebih lanjut.
Menurutnya, jika tidak diturunkan terlebih dahulu, maka pada saat pengerjaannya dapat membahayakan keselamatan para pekerja. Selain itu, karena yang harus dicat ulang bukan hanya motifnya, tetapi tiang penyangga utama bangunan sunscreen tersebut mesti dilapisi dengan cat antikarat.
“Kalau dicat biasa, pèttengngen (pusing, red) yang ngecat, kan. Panas. Makanya diturunkan dulu, agar sambil lalu tiangnya itu juga dicat ulang, anti karat, kan begitu,” katanya.
Mohammad Jakfar lalu mengungkapkan bahwa status pengerjaan sunscreen ini adalah dipihakketigakan, dan akhir bulan tahun 2019 ini sudah dapat dipastikan rampung.
“Itu bukan sekadar perawatan, tapi dicat ulang, diwarna batik. Nanti tunggu selesainya, lihat saja dah, baru komentari,” tukas Jakfar mengakhiri pembicaraan.
Penulis : Mazdon
Editor : Ahmad Ainol Horri