Kreatif, Setiap Siswa di Sekolah ini Bikin Seragam Batik Sendiri – Jejak

logo

Kreatif, Setiap Siswa di Sekolah ini Bikin Seragam Batik Sendiri

Selasa, 23 Juni 2020 - 12:12 WIB

4 tahun yang lalu

Siswi SMP Al-Ghazali saat membatik (Foto for Jejak.co)

Jejak.co – Sekolah Menengah Pertama atau SMP Al-Ghazali adalah salah satu lembaga swaata yang ada di Kabupaten Sumenep. Lembaga pendidikan ini berlokasi di pedesaan, jauh dari hiruk pikuk masyarakat perkotaan tetapi memiliki program pendidikan yang cukup kreatif.

Lembaga ini berada di Dusun Tenggina Desa Batang-batang Daya Kecamatan Batang-batang. Lokasinya pun tidak berada di tempat strategis. Karena bangunan sekolah masih masuk dari jalan raya.

Jenjang pendidikan yang dikelola pihak yayasan pun tidak banyak. Hanya PAUD/TK, SMP dan madrasah diniyah.

Siswa SMP Al-Ghazali mayoritas dari keluarga buruh tani. Jumlah siswa juga tidak banyak. Saat ini, Kelas VII berjumlah 21 siswa. Kelas VIII sebanyak 12 siswa dan Kelas XI sebanyak 18 siswa.

Meskipun demikian, pengetahuan siswa-siswi di sana tidak kalah saing dengan sekolah lain termasuk dengan siswa yang ada di perkotaan. Di sekolah ini, siswa tidak hanya diajari mata pelajaran yang sudah ditentukan pemerintah. Pihak lembaga membuat trobosan dengan membekali keterampilan bagi siswa, yaitu pelatihan membatik.

Keterampilan membatik dibimbing langsung oleh salah satu gurunya yang merupakan alumni Program Wira Usaha Muda yang diluncurkan Pemerintah Kabupaten Sumenep.

Uniknya, mereka yang sudah belajar membatik bertanggungjawab membuat seragam. Setiap siswa yang sekolah di SMP Al-Ghazali wajib membuat seragam untuk dirinya dan siswa yang baru masuk kelas VII.

“Siswa kelas VIII bertanggung Jawab membuat batik adik kelasnya yang baru masuk,” kata Ketua Yayasan Al-Ghazali Rudi saat ditemui di rumahnya.

Alumni Pondok Pesantren Annuqayah ini lalu bercerita bahwa program tersebut sudah berjalan sejak empat tahun lalu. Pada mulanya, belajar membatik untuk kebutuhan sendiri, kebutuhan seragam siswa. Tetapi dengan berjalannya waktu, hasil karya siswanya mulai dilirik masyarakat luas.

“Tujuannya keterampilan siswa. Tapi tahun lalu sudah ada yang mesan untuk momen MTQ Provinsi 2019. Sering juga batik karya siswa di sini ikut pameran lokal,” tuturnya.

Dari hasil membatik setiap siswa yang hendak dibuat seragam, dijahit oleh gurunya. Termasuk biaya membatik, mulai dari kain dan tinta semuanya disediakan oleh lembaga.

Panen lebah madu yang diternak oleh santri atau siswa SMP Al-Ghazali (Foto for Jejak.co)


“Termasuk seragam TK dijahit Guru.
Jadi, semua siswa yang sekolah gratis. Hanya sumbangan tahunan sebesar Rp 30 ribu untuk acara imtihan pada saat kenaikan kelas,” terangnya.

Sebagian siswa yang ada menetap atau mondok. Biayanya juga gratis. Santri hanya bertugas memasak sedangkan sembakonya disiapkan oleh pihak lembaga.

Siswa atau santri yang menetap juga dibekali keterampilan ternak lebah. Jadi selain bisa membatik, mereka juga bisa mengembangkan usaha lebah. Hasil dari ternaknya dibelanjakan untuk kebutuhan santri.

Tidak hanya itu, kelebihan siswa yang sekolah di SMP Al-Ghazali ini juga dibekali keterampilan dua bahasa; Arab dan Inggris.

“Di sini kami juga ada mengembangkan IT. Pendidikan disini sudah berbasis IT. Bahwa raport harian siswa sudah menggunakan IT,” imbuhnya.

Pengembangan IT ini juga diterapkan pada program Dompet Virtual. Siswa yang hendak membeli jajan di kantin sudah menggunakan aplikasi buatan lembaga sendiri dengan Dompet Virtual.

“Setiap siswa dan guru harus beli pakai itu,”

Cara mengisi Dompet Virtual melalui rekening dan bisa langsung setor ke operator di lembaga. Pengisian Dompep Virtual ini disesuaikan dengan
kemampuan orang yang sudah diketahui lembaga.

Kantin pun mengggunajan program Kantin Sehat. Semua jajan terpantau layak tidaknya. Dan kami bekerja sama dengan puskesmas untuk mengukur makanan layak. Penjual dari luar harus daftar, makanan harus sehat dan tidak boleh sama dengan jualan yang lain,” kata Rudi.

“Puskesmas sewaktu-waktu sidak terutama saat ada laporan ada makanan menggunakan pemanis,” imbuh Rudi.

Menariknya, Kantin Sehat dikelola siswa dengan sistem bagi hasil dengan lembaga. “Tahun kemarin sekolah dapat Rp 9 juta dalam bagi hasil kantin,” pungkasnya.

Penulis : Ahmad Ainol Horri


Baca Lainnya