Jejak.co-Dalam rangka meramaikan Bahasa Madura, Komunitas Abdhi Dhâlem Sumenep, dan Komunitas Dhu’ Remmek Pamekasan, Jawa Timur gelar silaturrahim, Kamis (4/7/2019).
Kegiatan yang bertempat di kediaman Desa Kebunan Kabupaten Kota Sumenep ini membahas persoalan budaya lokal yang terus terkikis oleh arus globalisasi.
Pasalnya, kegiatan ini berawal dari diskusi di group WhatsApp. Untuk mematangkannya, kemudian dilanjut dengan pertemuan yang lebih formal untuk membahasa masalah budaya terutama kondisi Bahasa Madura saat ini.
“Awalnya, saling kirim foto yang berlatar keadaan saat makan siang di sawah. Isi foto itu berupa gambar nasi jagung, kuah daun kelor, dan lauk-pauk seadanya ala orang Madura. Saya balas mengirim foto hasil halalbihalal kemarin, yang di kediaman Bapak H Abdir Arifin. Nasinya kan juga nasi jagung. Nah, ternyata mendapat tanggapan positif dari teman-teman yang lain dalam group. Saya ajak mereka sekalian tuk berkunjung ke sini. Jadi, sengaja lalu saya kemas dengan pertemuan dua komunitas Bahasa Madura antara Sumenep dan Pamekasan,” cerita Zaini.

Anggota Putri Komunitas Dhu’ Remmek dan Komunitas Abdhi Dhâlem bersama Mohamad Alwi (Nomor 6 dari kiri), H. Abdir Arifin, dan Zaini
“Sebelum itu, dulu saya kan masuk dalam keanggotaan Dhu’ Remmek? Nah, sebulan dua bulan setelah saya masuk, lama saya tidak komunikasi dengan teman-teman di Dhu’ Remmek. Bu Fatimah, Ketua Komunitas Dhu’ Remmek lalu menanyakan kenapa kok saya lama tidak muncul. Saya jawab, bahwa saya sedang merintis komunitas bahasa Madura di Sumenep. Tanggapan mereka baik. Maka ke depan, kita akan terus menjalin kerjasama dengan Dhu’ Remmek,” tambahnya.
Hujan panas turun agak lebat di halaman tempat acara. Namun begitu, acara tetap berlangsung dengan hangat dan penuh keakraban. Harwiyanto membawakan acara dengan khas sastra parenteng lampa (baca: pembawa acara) sebagaimana biasanya, menggunakan Bahasa Madura halus. Adapun isi sambutan, baik dari pihak Abdhi Dhâlem maupun Dhu’ Remmek, sama-sama menampilkan harapan akan terjalinnya kerja sama yang baik antar dua komunitas tersebut dalam melestarikan budaya dan bahasa Madura.
Silaturrahim dua komunitas lintas kabupaten ini dihadiri oleh Asisten Pemerintah dan Kesejahteraan Rakyat Setkab Pamekasan, Mohammad Alwi. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa dirinya tertarik untuk turut hadir karena ingin juga belajar bagaimana berbahasa Madura yang halus dan baik.
“Sebagaimana keadaan ketika kita mendengarkan orang mengaji, tentu hati ikut tenang. Nah, demikian juga halnya ketika mendengar orang Madura berbicara menggunakan bahasa halus; kromo inggil dalam Bahasa Jawa, hati kita pun tersentuh,” ucapnya.
Alwi berharap keberadaan Bahasa Madura terus dilestarikan, yang saat ini seakan menjadi momok bagi mayoritas anak muda, agar dicarikan solusinya. “Seperti halnya teknik belajar baca Alquran, sebelum ada Metode Iqra’, seakan-akan butuh waktu lama dan sangat sulit rasanya untuk pandai mengaji. Namun, kenyataannya kini anak-anak begitu senang belajar dan cepat pandai mengaji,” ungkap beliau.
“Nah, sama halnya dengan Bahasa Madura, kita upayakan bagaimana pembelajaran Bahasa Madura dapat dinikmati dan disenangi oleh anak-anak. Butuh sentuhan-sentuhan kreatif dari tenaga pendidik,” tambahnya.
Sebagai bagian dari pemerintahan Pamekasan, ia mengaku telah mengupayakan banyak hal terkait hal tersebut. Salah satunya adalah dengan cara mewajibkan para pegawai agar sehari dalam seminggu, berkomunikasi dengan Bahasa Madura serta memakai pakaian adat Madura.
“Saya berharap para pegiat budaya dan bahasa Madura, khususnya anggota komunitas Abdhi Dhâlem dan Dhu’ Remmek, untuk tidak patah semangat dalam memperjuangkan kelestarian budaya dan bahasa Madura,” kata beliau mengakhiri.(don/yon)