Sumenep,Jejak.co – Dinas Pendidikan (Disdik) Sumenep, Madura, Jawa Timur gelar pembacaan macapat terlama di dunia. Dalam pagelaran ini, ada 13 group macapat yang didatangkan ke Gedung Ki Hajar Dewantara Jalan Trunojoyo Sumenep.
Sebanyak 13 group macapat itu bergiliran membaca macapat (embang atau puisi tradisional Jawa yang bertuliskan huruf Arab) selama 75 jam non stop.
Kegiatan yang ditargetkan memecah rekor itu dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional (HGN) 2020.
Ketua Panitia Pelaksana Mohammad Saidi mengatakan, rekor pagelaran macapat terlama di dunia ini dimulai sejak Minggu (22/11/2020) sampai dengan Rabu (25/11/2020). Kegiatan ini diperkenalkan kepada siswa sekaligus guru. Mereka sengaja diundang untuk menyaksikan budaya yang ada di Madura, khususnya Sumenep ini.
Disdik Sumenep sengaja mengadakan kegiatan kebudayaan ini, lanjut Saidi, untuk mempertahankan warisan lelulur yang saat ini hampir punah. Pasalnya, sampai saat ini budaya macapat tetap lestari. Hanya saja masyarakat yang menggandrungi kesenian itu sedikit dari kalangan muda. Rata-rata yang membaca macapat umur di atas 50 tahun.
Saidi menjelaskan, kesenian macapat mempunyai keunikan tersendiri mulai dari cara membaca hingga cara menulisnya. Khusus di Kota Keris, orang yang membaca macapat umurnya rerata sudah di atas 50 tahun.
“Kalau tidak dikenalkan kepada anak didik, saya hawatir kesenian warisan leluhur ini akan punah dengan sendirinya,” kata Saidi, Selasa (24/11/2020).
Pasca kegiatan, Disdik Sumenep berharap macapat menjadi perhatian sekolah. Menjadikan macapat sebagai kegiatan ekstrakurikuler sehingga anak didik bisa mengenal dan mencintai seni tersebut.
Sementara itu, Kepala Disdik Sumenep Carto menambahkan, pagelaran rekor macapat terlama di dunia diharapkan mampu menggugah anak didik dan generasi bangsa khususnya anak muda di Sumenep untuk mencintai budaya yang ada. Sebab, budaya macapat yang memiliki keunikan baik dari segi tulisan maupun bacaannya mulai tak lirik anak muda
” Harapan kami kegiatan pagelaran macapat di momen HGN ini memberikan dampak positif terhadap kebudayaan kita,” Harapnya.
Penulis : Haryono
Editor : Ahmad Ainol Horri