JEJAK.CO, Sumenep – Harapan dunia pendidikan untuk kembali melangsungkan pembelajaran tatap muka masih belum terwujud. Impian itu masih tertunda sebab penyebaran Covid-19 di Indonesia tak kunjung selesai.
Sebelum pandemi, siswa di sekolah tidak hanya berjibaku dengan mata pelajaran, mereka juga bermain bersama. Kini, tidak sedikit siswa yang mengalami kebosanan saat belajar di rumah secara daring. Para siswa telah lama merindukan momen kebersamaan.
“Bosan begini terus, pengen main-main, ngumpul di halaman sekolah habis belajar di bangku kelas”, ungkap Nadia, siswa MA Annur, Desa Gedugan, Kecamatan Giligenting, Kabupaten Sumenep.
Juga, kata Arsa, siswa kelas 5 SD di Giligenting, merasakan hal serupa pada dirinya. Keinginan untuk bisa kembali bercanda bersama teman-temannya dan momen di kelas dan jam istirahat membuatnya merindukan aktivitas seperti semula.
Kondisi seperti ini mendorong Bangku Madura, salah satu komunitas yang bergerak di dunia pendidikan. Kelompok ini membantu siswa-siswi di Kabupaten Sumenep untuk bisa menikmati suasana baru di luar jam masuk belajar daring. Yakni bermain sambil belajar.
Salah satu pegiat Bangku Madura, Lutfi Hamim mengakui, dirinya mengambil ide ini karena dilatarbelakangi keprihatinan terhadap pola belajar siswa-siswi yang dirasa jenuh atas kondisi belajar daring.
“Bukan hanya jenuh sih, kalau di daring, siswa-siswi itu cuma lakukan dua hal, satu ya tugas kedua ya dengerin ceramah guru. Apalagi untuk siswa-siswi SD, dan itu pun cuma di depan layar handphone atau laptop, jadinya peserta didik itu kadang nyepelekan pembelajaran sebab mereka bosan. Belajarnya hanya begitu-begitu saja tiap harinya,” terang lulusan Universitas Wiraraja Sumenep, Senin (02/08/2021)
Keprihatinan Lutfi dan timnya di Bangku Madura berbuah mulus. Idenya langsung mendapat respon positif. Melalui jejaringnya di komunitas pendidikan, beberapa lembaga setingkat TK dan SD memintanya untuk mengajari siswanya di luar jam sekolah.
Lutfi dan timnya melakukan ini sebagai sukarelawan tanpa memungut biaya pada mitra maupun siswanya.
Ketika di luar jam sekolah, tim dari Bangku Madura memberi game, ialah seperti permainan ular tangga, dan permainan yang dimiliki budaya lokal di Sumenep.
“Kita memakai ular tangga, setelah itu dibentuk kelompok, secara bergilir mereka memainkan ular tangga. Nanti setelah sampai di angka-angka tertentu, ganjil maupun genap mereka mendapat pertanyaan berupa materi sesuai tingkat sekolah mereka,” bebernya.
Selain game yang diselingi materi-materi sekolah, para siswa juga dibina untuk menanamkan kekompakan dan kepekaan.
“Termasuk kita juga melatih kekompakan lewat games itu, bukan hanya materi di sekolah, sebab ini biar memupuk kekompakan siswa ” imbuhnya penuh semangat.
“Mungkin dengan game, mereka bisa menangkap apa yang kita sampaikan” tambahnya
Kata Lutfi, dalam dunia pendidikan, inovasi dan kreativitas itu sangat penting. Oleh karenanya, mereka ingin mengambil bagian dalam dunia pendidikan supaya bisa memberi warna terutama menjembatani lembaga pendidikan di luar jam sekolah.
“Jadi seorang pendidik itu memang harus berinovasi bagaimana menyampaikan suatu materi agar menarik. Jadi bagi saya, metode belajar dengan bermain itu sangat efektif, meskipun tidak secara keseluruhan” tutupnya.
Penulis : Rifand NL