JEJAK.CO – Pasangan suami istri Habiburrahman (25) dan Imroatul Hasanah (26) baru saja dikarunia anak. Warga asal Desa Branta Pesisir Kacamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur ini tidak seberuntung orangtua pada umumnya.
Keduanya harus menangung beban yang cukup berat lantaran anak yang dilahirkan memiliki kondisi fisik tak sempurna.
Anak yang mereka impikan lahir pada 13 Novemner 2019. Bayi itu lahir dengan kondisi tempurung kepala tak sempurna, tidak hanya itu, bayi yang diberi nama Mohammad Ali itu juga tidak memiliki bola mata yang lengkap. Kondisi wajahnya sangat memprihatinkan, terdapat kubangan besar di wajah bayi tak berdosa itu.
Bayi malang itu juga memiliki kelainan di kepalanya. Tim medis menafsirkan benjolan yang ada di bagian kepalanya murupakan otak yang tidak berada pada posisi normal, akibat bayi mungil itu tidak memiliki tempurung kelapa yang sempurna.
“Kata dokter kemungkinan benjolan itu, otak,” cerita Habiburrahman.

Anggota DPRD Pamekasan Ismail, Saat mendampingi Mohammad Ali di RS. dr. Soetomo Surabaya, (Foto/Ist)
Sebagai orangtua, Imroatul Hasanah dan Habiburrahman menginginkan bayi yang mereka lahirkan itu bisa normal seperti anak-anak kebanyakan. Namun untuk mewujudkan semua itu memerlukan biaya yang cukup besar.
Kepada wartawan Habiburrahman mengaku sudah mengatehui ada kelainan pada anaknya itu sejak dalam kandungan. Saat di USG kepala bayi memiliki kelainan ukuran yang tidak sesuai dengan masa kehamilan.
Mengetahui hal itu Habiburrahman hanya bisa pasrah dan menerima atas cobaan yang sedang dialami keluarganya itu. “Saya tidak menyangka kondisinya akan seperti ini,” terangnya sambil menahan tangis, Minggu (29/12/2019).
Kendati demikian Habiburrahman tidak putus harapan. Ia terus mencari cara bagaimana anaknya bisa normal. Beberapa waktu lalu Habiburrahman membawa anak kesayangannya ke Rumah Sakit dr Soetomo Surabya. Menurut hasil konsultasi dengan dokter, anak itu harus menjalani operasi plastik.
Prosesnya juga tidak mudah. Mohammad Ali harus malalui beberpa tahapan, pertama tim medis harus memasang tempurung kepala buatan, setelah itu harus bedah syaraf agar bisa berfungsi normal.
Jika melihat kondisi orangtua Mohammad Ali, sepertinya sangat mustahil untuk mewujudkan impiannya. Sebab, Habiburrahman hanya sebagai kuli jahit, yang penghasilanya tidak seberapa. Sementara kebutuhan biaya medis yang harua dipenuhi tidaklah sedikit.
Oleh karena itu, pihaknya sangat berharap campur tangan orang lain terutama pemerintah untuk mencari jalan keluar dari beban yang dipikul oleh Habiburrahman bersama keluarganya.
Penulis : Fahrurrosyi
Editor : Haryono