Jejak.co – PT Garam menggelar sosialisasi pencegahan radikalisme dan terorisme, Jumat (7/2/2020). Kegiatan yang berlangsung di Hall kantor PT Garam, Kalianget, Kabupaten Sumenep ini dihadiri Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Acara tersebut dikemas dengan FGD untuk karyawan PT Garam dan perwakilan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Kabupaten Sumenep.
Direktur Pengembangan PT Garam Edward Hariandja menyampaikan, tujuan kegiatan tersebut untuk menjaga karyawan dari pengaruh radikalisme dan terorisme.
“Sehingga tercipta keberlangsungan kehidupan bangsa dan negara Indonesia tercinta yang damai, adil dan sejahtera,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, pihaknya mengimbau seluruh karyawan memperhatikan materi yang disampaikan oleh pihak BNPT. Karyawan PT Garam harus paham sejarah terorisme di Indonesia dan terhindar dari penyebaran informasi atau berita yang diragukan kebenarannya.
Selain itu, Edward juga berharap karyawan BUMN terutama yang ada di PT Garam untuk memberikan contoh bagi lingkungan guna mencegah radikalisme.
Sementara itu, Direktur Pencegahan BNPT Hamli menyampaikan bahwa terjadinya radikalisme dan terorisme dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang meliputi lingkungan nasional, regional dan global.
Potensi ancaman terorisme disebabkan oleh narasi radikalisme yang sangat kuat mengitari masyarakat. Diantara narasi yang dibangun adalah militansi yang menanamkan kebencian terhadap kelompok yang berbeda.
“Narasi yang dibangun, narasi ketidak-adilan, konspirasi dan narasi intoleransi terkait sentimen keagamaan,” paparnya.
“Kita beruntung karena masih tidak seperti Suriah yang terus berkonflik sehingga semua elemen masyarakat tidak bisa hidup tenang. Bahkan sejumlah tempat ibadah pun banyak yang hancur, seperti gereja dan masjid.
Tidak hanya itu, warga Suriah banyak yang mengungsi akibat konflik yang terjadi sejak 2011,” imbuhnya.
Selama ini, pola rekrutmen ISIS melalui hubungan kekeluargaan, pertemanan, guru dan murid. Selain itu, terinspirasi narapidana teroris di Lapas, taklim radikal, perkawinan serta propaganda melalui media sosial.
“Radikalisme sudah masuk BUMN, ya. Buktinya sudah ada yang ditangkap. Radikalisme dan terorisme juga bisa menyasar siapapun,” ungkap Hamli.
Untuk mencegah radikalisme butuh pendekatan kearifan lokal, kesejahteraan, kebebasan, kepercayaan umum, keadilan serta pertahanan dan keamanan. Selain itu, strategi nasional yang diterapkan melalui pendekatan lunak, keras dan kerjasama internasional.
Penulis: Ahmad Ainol Horri