JEJAK.CO-Budaya konsumerisme masyarakat Kota Keris kian tahun semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan semakin membludaknya bungkus makanan dan minuman di sembilan titik tempat pembuangan sampah (TPS) yang ada di wilayah Kabupaten Sumenep.
Buktinya, menurut pengakuan salah seorang sopir pengangkut sampah kawasan Simpang 5 Desa Pajagalan, Supardi (57), setiap hari ia mengaku harus mengangkut sampah sebanyak 2 kali. Dalam sekali angkut, dari TPS ke tempat pembuangan akhir (TPA) di Desa Batuan Kota Sumenep, berat sampah kadang mencapai 4,6 ton.
“Wah, luar biasa, Mas. Dalam satu hari untuk yang di simpang 5 ini aja 2 kali. Dari pukul enam pagi sampai pukul lima sore, minimalnya 3 sampai 3,5 ton (berat sampah, red.). Kadang sekali angkut sampek 4 ton lebih,” paparnya kepada Jejak.co, Kamis (14/11/2019) saat ditemui di lokasi.
Sebelum mengakhiri keterangan, Supardi berharap agar masyarakat Kota Sumenep, khususnya warga sekitarnya, agar tidak melakukan pembuangan sampah secara sembarangan.
“Letakkan di dalam sini, ” pesan dia sambil menunjuk area tempat pembuangan sampah. “Dan saya sangat berterima kasih sama masyarakat yang sadar akan kebersihan lingkungan, lebih-lebih sama mereka yang buang sampah tidak sembarangan,” tukasnya.
“Ya, Mas. Sebanyak apa pun, kita siap melayani, karena ini sudah pekerjaan kita,” timpal Arif, salah seorang petugas lain yang ketika itu sedang mengurai sampah.
Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sumenep Koesman Hadi menyampaikan, total berat sampah perhari di TPA Batuan kini mencapai sekitar 20 ton.
“Ya, setiap tahunnya pasti terjadi peningkatan budaya konsumerisme. Itu terkait dengan jumlah penduduk, “ ungkapnya, Kamis (14/11/2019).
Koesman akan melakukan peningkatan layanan dan penambahan jumlah armada atau petugas kebersihan.
Sebelum masuk ke TPS, lanjutnya, perlu dilakukan pemilahan sampah, “mana yang dapat didaur ulang dan mana yang mesti dibakar,” terangnya.
Hal itu untuk meningkatkan pengelolaan sampah yang masuk ke pusat daur ulang (PDU), harus sudah melalui residu.
Terkait upaya optimalisasi adanya PDU tersebut, dalam waktu dekat, Koesman akan mengeluarkan surat edaran, “yang intinya, pemilahan sampah itu harus dimulai dari rumah,” jelasnya.
Selain itu, surat edaran itu berisi harapan agar tidak semua sampah yang ada di masyarakat dibuang ke TPA. “Jadi harus melalui proses dulu,” katanya.
Ditanyakan, apakah dalam rangka optimalisasi PDU telah ada kerjasama dengan beberapa kelompok pengelola sampah yang ada di Kabupaten Sumenep? Ia menyampaikan, untuk sementara ini, PDU tersebut sepenuhnya dikelola oleh pemerintah.
“Nanti di masyarakat itu akan dikembangkan di kecamatan-kecamatan, terkait 3R itu. Termasuk yang, misalnya seperti di beberapa pondok pesantren itu. Kita akan kembangkan yang seperti itu. Artinya yang dikelola oleh masyarakat,” paparnya.
Lebih lanjut Koesman mengutarakan bahwa saat ini pihaknya juga sedang merealisasikan pembangunan eko wisata yang ditargetkan akan rampung pada akhir tahun 2019 ini. Sayangnya, Koesman mengaku tidak banyak tahu soal berapa anggaran untuk eko wisata.
“Saya berharap masyarakat membuang sampah pada tempatnya,” tukasnya.
Penulis : Mazdon
Editor : Haryono