JEJAK.CO – Pengurus Ranting (PR) NU Desa Grujugan, Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep menggelar Orasi Keagamaan dan Kebangsaan, Kamis (2/3/2023).
Kegiatan yang dipusatkan di Belakang Balai Desa Grujugan Kecamatan Gapura itu dihadiri Gus Islah Bahrawi, Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI) Jakarta.
Kehadiran Gus Islah Bahrawi disambut ribuan Nahdliyyin dari perwakilan pengurus ranting se Kecamatan Gapura, banom hingga Majelis Wakil Cabang (MWC) Kecamatan Gapura turut hadir memeriahkan kegiatan tersebut.
KH. Rofiqi, Ketua Ranting NU Grujugan bersyukur warga Nahdliyin antusias menghadiri kegiatan ke-NU-an. Pihaknya antusias masyarakat mengikuti acara NU semakin bergelora menyongsong abad kedua Nahdhatul Ulama.
“Meski hujan semoga semua masyarakat mendapatkan Rahmat dari Allah. Ini merupakan siraman menuju abad kedua Nahdlatul Ulama. Karena terbukti masyarakat sangat antusias terhadap kegiatan NU,” ungkapnya.
Sementara itu, Gus Islah meneguhkan masyarakat agar terus mencintai tanah air melalui ajaran- ajaran Islam Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) An-Nahdliyah.
“NU di Indonesia harus mengawal Arab Saudi jangan sampai terlalu kebablasan. Kita umat Indonesia harus mengawal
Bagaimanapun Saudi tidak boleh terlalu kelewatan. Kita ingin mereka terkawal maqasid syariahnya. Jangan sampai keluar jalur,” ungkapnya.
Gus Islah mengatakan, gerakan wahabi internasional didukung oleh kekuatan modal yang luar biasa. Bahkan, kalau ada muallaf dari kalangan artis maka mereka tawarkan dengan uang.
“Saya bertanggung jawab dengan data ini. Saya tidak mau menyebutkan nama. Ini saya bertanggung jawab. Ilmu agama orang itu dibeli dengan uang. Uang ini yang digulirkan untuk mengkafirkan kita semua. Saya tidak menjelekkan mereka, tapi tolong jangan mengkafirkan orang yang berbeda,” tegasnya.
Menurutnya, mengutip dari ilmuan Amerika mengatakan bahwa NU merupakan lembaga keagamaan di Indonesia yang sangat kuat.
“Kalau NU tumbang, maka Indonesia tumbang. Karena NU tidak mengajarkan kebencian kepada siapapun yang berbeda. Yang penting jangan mengganggu keimanan, karena di NU itu diajarkan untuk saling ta’aruf,” katanya.
“Mengapa mereka tidak mengakui bahwa jaringan terorisme itu dari wahabi karena mereka membuka jurusan pembuka melalui ustaz-ustaz salafi yang ada di media. Produk akhirnya menjadi teroris. Karena mereka selalu diajarkan klaim kebenaran,” lanjutnya.
Ia kemudian menyebutkan bahwa Sumenep sempat menjadi episentrum terorisme. Gus Islah memastikan, terdapat delapan orang yang menganut wahabi.
“Sumenep ini saya pastikan delapan orang ini penganut wahabi,” tegasnya.
Ia menambahkan, dirinya setuju terhadap Fiqih Peradaban yang dirancang oleh PBNU. Menurutnya, konsep khilafah yang membuat umat Islam terpecah belah.
“Politik ini yang menjadi duri dalam daging agama Islam. Yang kemudian dipelihara oleh kepentingan barat supaya terus ada permusuhan dan tidak ada jalan damai. Makanya NU kemudian bersepakat untuk menolak cita-cita politik khilafah ini,” tegasnya.
Gus Islah juga mengingatkan bahwa ada tiga kelompok yang ingin menghancurkan NU. Pertama, Salafi Wahabi. Kedua, Hizbut Tahrir, dan ketiga, Ikhwanul Muslimin.
“Ikhwanul Muslimin ini adalah orang orang yang paling efektif memecah belah NU. Karena ubudiyahnya sama. Cuma dipecah dari dalam. Kelompok inilah yang masuk ke lingkungan NU dan ingin menegakkan khilafah padahal Kiai Hasyim Asyari mengatakan bahwa Pancasila adalah kesepakatan bersama,” katanya.
“Kalau dalam dunia terorisme perempuan yang direktur karena perempuan dikenal loyal terhadap ideologi dan perempuan ini bisa berpura-pura seolah olah dia manusia tidak tahu apa-apa padahal didalamnya banyak bom,” katanya.
“NU tidak pernah mengajarkan kepada warganya untuk mengkhianati bangsanya sendiri. Oleh karena itulah NU betul-betul menjadi pasak dari kebersamaan bangsa ini,” ungkapnya.
Kepada Nahdliyyin di desa, ia berharap terus mengawal dan mengkader anak anak perempuan yang ahli di bidang fiqh. Karena menurutnya, selama ini selalu menjadi kelas nomer dua. (ris/rei).