Ketua Komisi I DPRD Sumenep Ingatkan Tantangan Pancasila, Begini Pesannya – Jejak

logo

Ketua Komisi I DPRD Sumenep Ingatkan Tantangan Pancasila, Begini Pesannya

Sabtu, 25 Juni 2022 - 16:55 WIB

2 tahun yang lalu

Darul Hasyim Fath, Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan sekaligus Ketua Komisi I DPRD Sumenep (Foto/Dok.)

JEJAK.CO, Sumenep – Juni adalah bulan lahirnya Pancasila. Untuk mengenang, Pancasila diperingati setiap 1 Juni, yang merujuk pada sidang BPUPKI dalam merumuskan dasar negara Republik Indonesia tahun 1945.

Sejumlah tokoh yang berperan dalam perumusan Pancasila adalah Mohammad Yamin, Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Dr. Radjiman Wedyodiningrat, Ki Bagus Hadi Kusumo, KH Wahid Hasyim, dan lain sebagainya.

Ketua Komisi I DPRD Sumenep, Darul Hasyim Fath, mengatakan, bicara Pancasila bukan bicara indoktrinasi. Sebab kalau bicara Pancasila dari sisi indoktrinasi, itu sama dengan mengamini era despotisme Orde Baru selama 32 tahun.

Menurutnya, bicara Pancasila haruslah bicara sebuah diskursus. Bicara Pancasila haruslah bicara konklusi, harus bicara Pancasila dari sisi melihat residu ideologi-ideologi yang saling bertikai dalam abad peradaban dunia.

“Sebab, kata Bung Karno, Pancasila menjadi perasan dari sosialisme, menjadi perasan dari kapitalisme, menjadi perasan dari kebaikan-kebaikan dan kearifan Nusantara,” jelas Darul, dalam acara dialog yang digelar RRI Sumenep, dengan tajuk “Pancasila, Sejarah, dan Tantangannya”, Rabu (22/6/2022).

Darul yang juga sebagai Wakil Ketua Bidang Kaderisasi dan Ideologi DPC PDI Perjuangan Sumenep menjelaskan, tentang tantangan Pancasila di era generasi saat ini. Menurutnya, ada sebagian pihak yang menganggap, Pancasila seolah-olah tidak bisa mengakomodir perkembangan zaman, seolah-olah Pancasila membosankan, seolah-olah Pancasila menjadi doktrin yang membuat kita semua menjadi resah dengan keadilan yang belum tercipta.

“Itu hanya soal cara kita sebagai generasi memberlakukan dirinya melihat sejarah. Kalau kita sebagai generasi hanya ingin membuat penagih janji negeri ini, bahwa cita-cita keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, belumlah tunai sebagaimana yang tertuang dalam asas-asas negeri ini. Dan itu menjadi sila di Pancasila,” katanya.

“Itu soal pilihan kita sebagai narasi. Apakah kita akan memilih generasi sebagai penagih janji, atau menjadi bagian dari generasi republik ini yang ikut menunaikan janji republik kepada seluruh cita-cita republik,” tambahnya.

Politisi asa Pulau Masalembu itu juga menegaskan, Pancasila itu bukan value, bukan sebagai nilai yang menggambarkan republik ini mengalami broken promise, yang seolah-olah ada janji yang terabaikan. Sebab, menurut Darul, Pancasila itu menjadi cita-cita yang disepahami, yang aktual, dan perlu aktualisasi dari generasi-generasi cerdas yang tidak miskin literasi.

Sementara itu, Wakil Ketua Rektor I INSTIKA Guluk-guluk, Dr. Damanhuri, menjelaskan Pancasila dari persepektif santri. Menurutnya, peran ulama dan santri dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sangatlah luar biasa.

Dia menjelaskan, ulama dan santri memiliki sejarah panjang dalam terbentuknya NKRI. Sebut saja seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, dan KH. Wahid Hasyim, yang terlibat langsung dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, lewat resolusi jihadnya.

“Maka tidak salah, Presiden Jokowi menghadiahi 22 Oktober sebagai Hari Santri. Karena pada waktu itu, perjuangan santri dalam merebut kemerdekaan Indonesia, sangatlah luar biasa,” katanya.

Penulis : Ahmad Ainol Horri


Baca Lainnya