JEJAK.CO, Pamekasan – Harga minyak goreng curah di pasar tradisional diketahui belum sepenuhnya terkontrol. Terbukti ada perbedaan harga dari masing-masing pasar yang tersebar di sejumlah pasar tradisional di Pamekasan.
Sedikitnya ada 5 pasar tradisional yang menjual harga minyak goreng curah dengan harga yang berbeda, di antaranya, Pasar Kolpajung dan Pasar 17 Agustus menjual seharga Rp 20 ribu per kilogram, sementara Pasar Gurem menjual Rp 19 ribu per kilogram. Kemudian Pasar Pakong Rp 17 ribu per kilogram, dan yang paling tinggi di Pasar Waru, yakni Rp 21 ribu per kilogram.
Tidak meratanya harga minyak goreng curah diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya karena minyak goreng curah ada yang disubsidi oleh pemerintah ada pula yang tidak.
“Jadi minyak goreng curah itu kan ada dua, ada yang bersubsidi ada pula yang tidak bersubsidi,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Pamekasan, Achmad Sjaifudin, Jumat (15/04/2022).
Menurutnya ada kemungkinan yang dijual hingga di atas harga eceran tertinggi (HET) merupakan minyak goreng yang tidak bersubsidi. Selain itu tidak menutup kemungkinan minyak bersubsidi yang telah ditentukan harganya sebesar Rp 14,5 ribu itu dijual kembali.
“Kita sudah beberapa kali menyalurkan minyak goreng curah meski yang diutamakan penerimanya adalah para pelaku UMKM tetapi masyarakat biasa juga bisa membeli karena syaratnya hanya KTP dan KK dan jumlahnya cukup lumayan, ya bisa jadi karena antre cukup lama dijual lagi,” terangnya.
Oleh sebab itu, lanjutnya, tidak menutup kemungkinan minyak goreng yang disubsidi malah dijual kembali dengan harga di atas HET.
Kendati demikian Achmad Sjaifudin berharap kepada seluruh masyarakat untuk tidak panik. Ia berjanji akan memenuhi kebutuhan masyarakat jika nanti ada permintaan pengiriman minyak goreng curah subsidi.
Penulis : Fahrurrosyi
Editor : Ahmad Ainol Horri
