SUMENEP, Jejak.co – Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Bhakti Sumekar akan segera luncurkan program pembiayaan dengan margin kecil.
Hal itu disampaikan Direktur Operasional BPRS Bhakti Sumekar Hairil Fajar saat mengikuti perayaan Lebaran Ketupat 1442 Hijriah, oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep secara virtual, Kamis (20/5/2021).
Menurut Hairil Fajar, BPRS Bhakti Sumekar sedang menyiapkan beberapa upaya untuk pemulihan ekonomi khususnya masyarakat Sumenep di masa pandemi COVID-19. Di antaranya, pembiayaan untuk masyarakat ujung timur pulau Madura dengan margin kecil.
“Ini dalam rangka ikut menjadi agen pembangunan ekonomi dan membantu pemulihan ekonomi masyarakat Sumenep,” ungkapnya lewat zoom meeting bersama Bupati Achmad Fauzi.
Program yang akan dihadirkan kepada masyarakat untuk pemulihan ekonomi di tengah wabah corona, yakni pembiayaan dengan bunga hingga 0 persen.
“Insya Allah tahun ini BPRS Bhakti Sumekar akan menyalurkan pembiayaan dengan margin 0 persen, 3 persen dan 6 persen. Program ini dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi di Kabupaten Sumenep. Selamat Tellasan Topak,” ucapnya.
Untuk diketahui, kegiatan silaturrahim Bupati dan Wakil Bupati Sumenep Achmad Fauzi-Nyai Hj Dewi Khalifah ini diikuti sejumlah pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD), BUMN, BUMD, Camat, Pemerintah Desa hingga masyarakat umum lewat Zoom meeting dan disiarkan secara live di YouTube Kominfo Sumenep.
“Pelaksanaan tellasan topak atau disebut juga tellasan terater (berbagi atau memberi kepada sesama:Madura) menjadi tradisi kita warga Sumenep dan Madura bahkan Jawa dan Nusantara. Kita biasa memperingati dengan membuat ketupat lengkap dengan opor ayam untuk dihantarkan ke masjid-masjid maupun musala, warga terdekat diundang untuk menikmati santap ketupat bersama, ini cara warga Sumenep berbagi dengan sesama,” kata Fauzi saat mengawali zoom meeting.
Ketupat sebagai konsep dakwah, kata Fauzi, orang yang telah tuntas melaksanan puasa ramadan kemudian melakukan ‘sing papat’, yakni membayar zakat fitrah, membaca takbir, sholat Idulfitri dan bersilaturrahim, telah diterjemahkan sebagai konsep penyederhanaan pemahaman ajaran islam.
“Dulu waktu kita masih kecil, orang tua kita mengajak kita bersama-sama menganyam ketupat, mengisi beras dalam wadah ketupat, itu menjadi satu pembelajaran tradisi yang harus terus dilestarikan, agar di era modernisasi tradisi leluhur kita tidak terkikis, begitu cara orang tua kita mengajarkan, termasuk memasukkan pesan moral untuk terus merawat tradisi yang ada,” paparnya.
Dalam perkembangannya, perayaan lebaran ketupat atau kupatan mengalami perubahan sesuai perkembangan zaman, bahkan juga dilaksanakan di sejumlah objek wisata, menikmati hidangan khas ketupat sambil berlibur bersama keluarga.
“Seiring perkembangan zaman, perayaan tellasan topak banyak dilaksanakan di sejumlah objek wisata, baik di pantai Slopeng, Pantai Lombang maupun objek wisata lainnya, makan di sana sambil merayakan tellasan topak bersama keluarga, bahkan ada yang sampai menyewa mobil,” ujar Ketua DPC PDI Perjuangan Sumenep ini.
Di masa pandemi Covid-19, lebaran Idul Fitri maupun lebaran ketupat pun dirasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Sehingga Pemerintah Daerah yang secara rutin melaksanakan di sejumlah tempat wisata harus ditiadakan, karena faktor kesehatan dan upaya memutus mata rantai penyebaran virus asal wuhan China tersebut menjadi pertimbangan utama.
“Pelaksanaan tellasan topak tahun ini dirayakan secara berbeda oleh masyarakat maupun pemerintah daerah, karena aturan dan edaran-edaran yang menegaskan larangan berkerumun harus dipatuhi secara bersama-sama,” imbuhnya.
Fauzi mengimbau agar masyarakat merayakan lebaran ketupat di rumah saja. Kendati dilaksanakan di luar rumah, ia meminta agar mematuhi protokol kesehatan (prokes)untuk mengantisipasi penyebaran penularan Covid-19.
Bagi pengelola tempat wisata yang diizinkan untuk membuka wisatanya karena dinilai mampu menerapkan protokol kesehatan, lanjutnya, standar prokes yang disepakati hendaknya benar-benar diperketat dengan menyediakan fasilitas cuci tangan, hand sanitizer, serta menunjuk petugas pengurai kerumunan massa.
“Itu penting agar wisatawan yang datang terpantau dan tidak berkerumun. Termasuk untuk Kepala Dinas Kesehatan saya perintahkan untuk menyediakan fasilitas pertolongan pertama seperti ambulans dan tenaga kesehatan di setiap titik tempat rekreasi yang ada di Sumenep,” tegas Fauzi.
Penulis : Hartono
Editor : Ahmad Ainol Horri