JEJAK.CO-Penyebab kematian pasien Rumah Sakit (RS) Asyifa Husada terus menjadi bola panas. Pasalnya, Syaifuddin (31), warga Desa/Kecamatan Sokobanah, Kabupaten Sampang meninggal dunia pada tanggal 11 November 2019.
Almarhum meninggal dunia sehari setelah dioperasi di RS Asyifa Husada Pamekasan. Keluarga korban tidak terima atas kematian Syaifuddin. Sebab dinilai ada yang janggal.
Buntut dari masalah tersebut, DPRD Pamekasan gelar pertemuan di ruang paripurna dengan sejumlah pihak, diantaranya dari perwakilan Dinas Kesehatan, RS Asyifa Husada, LSM Prahara dan juga dari pihak kepolisian setempat, Kamis siang, (12/12/2019).
Dalam pertemuan itu, Juru Bicara LSM Prahara Mamang meminta penjelasan terkait dugaan malapraktik yang mengakibatkan hilangnya nyawa atas nama Syaifuddin (31), warga Desa/Kecamatan Sokobanah, Kabupaten Sampang pada tanggal 11 November 2019. Sebelum meninggal, almarhum sempat di rawat di RS Asyifa.
Menurut Mamang, peristiwa tersebut perlu diluruskan agar dugaan malapraktik yang selama ini menjadi tandatanya terjawab.
“Perlu diluruskan sebab kejadian ini masih menyisakan tanya pada benak kami, mengapa harus ada bahasa jika pasien menolak dilakukan operasi malah disuruh pulang,” kata Mamang dalam forum.
Selain itu, Ketua LSM Parahara sebagai perwakilan dari keluarga korban Haidar Ansori menambahkan bahwa ada banyak kejanggalan selain ada indikasi paksaan untuk dioperasi. Menurutnya, pasien meninggal karena usus busuk janggal.
“Usus busuk yang menjadi alasan pihak rumah sakit janggal karena tidak disampaikan sebelum operasi, malah disampaikan setelah pasien meninggal,” tambahnya.
Dalam forum itu, pihak RS Asyifa membantah tuduhan bahwa tidak memberitahukan kondisi pasien sebelum dioperasi.
“Kami sudah menjelaskan terkait usus busuk itu terhadap keluarga korban,” ujar Retno Wahyu Puspito Sari, saat menyanggah pernyataan dari Mamang dan Haidar.
Selain persoalan usus busuk, LSM Prahara juga menanyakan soal biaya rumah sakit yang tidak konsisten. Yang awalnya sebesar Rp 10-15 juta menjadi Rp 5,5 juta.
Masalah ini kemudian dijawab oleh PLH Direktur RSU Asyifa Maisarah dengan bahasa yang santun. Menurutnya, perubahan biaya dari Rp 10-15 juta akhirnya muncul Rp 5,5 juta, karena ada permintaan dari keluarga pasien. “Yernyata niat baik kami mengurangi pembiyaan malah digunakan untuk melawan”, bantahnya.
Saat ditanya penyebab kematian pasien tersebut, pihak rumah sakit menjawab bahwa ada infeksi yang sudah parah yang diderita pasien sehingga mengakibatkan meninggal dunia.
Ketua Komisi IV DPRD Pamekasan Sahur Abadi menyampaikan bahwa pihaknya sebagai fasilitator dalam masalah tersebut.
Langkah yang akan dilakukan selanjutnya, lanjut Sahur, Komisi IV DPRD Pamekasan akan berkunjung langsung ke RS Asyifa.
“Kami akan mengecek ke RS dalam waktu dekat,” ujarnya singkat
Sebelumnya, Syaifuddin menghembuskan nafas terekhirnya di RS Asyifa setelah menjalani operasi.
Keluarga almarhum, Haidar mengatakan bahwa Syaifuddin masuk RS Asyifa Husada pada Senin (18/21/2019) sekitar pukul 13:34 WIB. Dokter mendiagnosa Syaifuddin menderita Peritonitis, EC dan Hernia Ingkarserata Sinistra.
Alhasil, penyakit itu perlu ditangani dengan operasi, sehingga sekitar pukul 16:00 WIB dilakukanlah operasi. Keesokan harinya, pasien tersebut meninggal dunia pada pukul 08:00 WIB pagi tadi, Selasa (19/11/2019).
Menurut Haidar, kedatangan Syaifuddin ke RS Asyifa hanya untuk memeriksakan penyakit yang didertianya. Oleh dokter kemudian diminta untuk dioperasi.
Kata Haidar, permintaan operasi akhirnya disetujui keluarga. Sebab kata dia, dokter yang bersangkutan menyarankan pasien untuk di bawa pulang jika tidak mau dioperasi.
“Dokter mengatakan jika tidak mau dioperasi pasien disuruh bawa pulang, mendengar hal itu akhirnya pihak keluarga menandatangani kesepakatan itu,” terang Haidar bulan lalu.
Penulis : Fahrurrosyi
Editor : Haryono