Figur yang Berlatar Belakang Pesantren Dinilai Layak Pimpin Sumenep – Jejak

logo

Figur yang Berlatar Belakang Pesantren Dinilai Layak Pimpin Sumenep

Kamis, 2 Januari 2020 - 15:43 WIB

5 tahun yang lalu

Gambar ilustrasi (foto/ist)

JEJAK.CO – Diskursus masalah Pilkada Sumenep yang akan dihelat 23 September mendatang semakin meluas. Tidak hanya politisi, mulai dari akademisi, aktivis dan mahasiswa hingga rakyat biasa selalu membincang masalah Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sumenep.

Beberapa nama yang muncul ke permukaan selalu menjadi tema diskusi. Sebab diantara figur yang ada masih belum bisa dipastikan maju jika nantinya tidak mendapatkan rekomendasi dari partai politik (parpol). Kecuali lewat jalur independen.

Dari beberapa nama yang muncul memiliki latar belakang yang berbeda. Mulai dari politisi, kalangan profesional, birokrat, kiai dan pengusaha.

Nama-nama yang sudah muncul dan dinilai berpotensi maju, diantaranya KH Muh Unais Ali Hisyam, KH Moh Shalahuddin A Warits, Nurfitriana, RB Fattah Jasin, Achmad Fauzi, Donny M Siradj, KH Ilyasi Siradj,  Nyai Hj Dewi Khalifah, Nurfaizin, Achmad Yunus dan sejumlah nama lain yang disebut-sebut layak maju dan memimpin Sumenep, seperti KH Moh Ali Fikri A Warits.

Dari beberapa nama tersebut mendapat penilaian yang berbeda dari masyarakat Sumenep. Sebagian berpandangan, figur yang layak pimpin Sumenep dari kalangan kiai atau figur yang berlatar belakang pesantren. 

“Dengan sejumlah kandidat yang telah ada, sebenarnya kami kurang begitu dalam mengetahuinya. Akan tetapi, kami memandang bahwa perwakilan dari masyarakat pinggiran dan kaum sarungan adalah kandidat yang bisa diharapkan,” kata Mohammad Faiq.

Mahasiswa Instika sekaligus aktivis PMII itu menilai bahwa pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang selalu bersama rakyat, memerhatikan keadilan dan mampu menjawab kebutuhan masyarakat dengan bijak, baik dan benar.

Menurutnya, dari berbagai latar belakang sejumlah kandidat, seorang santri dan kiai yang paling tepat pimpin Sumenep. Ia berpandangan, kiai atau santri memiliki pemahaman atau ilmu keagamaan yang kuat. Hal itu bisa menjadi pondasi untuk menjaga budaya masyarakat Sumenep  santri. 

“Sosok santri dan kiai adalah multitalenta dalam segal hal, berpengalaman memimpin di pondok pesantren serta perwakilan dari masyarakat pinggiran yang nantinya bisa penyambung lidah agar keadilan tidak selalu tergadaikan,” imbunya.

Pria yang baru saja dikukuhkan menjadi Ketua Umum PMII Komisariat Guluk-guluk itu berharap kepada masing-masing pendukung agar dapat memposisikan diri dan tidak terlalu fanatik terhadap salah satu paslon. 

“Sebab jika hal ini terjadi akan memungkinkan terjadinya perpecahan antara para pendukung satu dengan yang lainnya. Maka saya juga mengharap kepada seluruh aktor dan pelaku politik agar lebih mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan ketimbang ambisi kekuasaan,” ujarnya dengan penuh harap. 

Yang paling penting, siapa pun yang nantinya ditakdirkan menjadi pemimpin Sumenep, diharapkan mampu mengembangkan potensi yang ada.  

“Saat ini, problem kerakyatan berupa perampasan ruang hidup atau alih fungsi lahan bisa dikeluarkan kebijakan untuk pembatasan kepemilikan. Karena kekayaan ini harus kita kuasai bersama bukan hanya sebagian orang saja,” imbuhnya.

Penulis : Haryono


Baca Lainnya