Jejak.co – Kabupaten Sumenep sudah berumur 751 tahun. Pemerintah setempat memperingati Hari Jadi Sumenep yang jatuh pada 31 Oktober 2020.
Peringatakan Hari Jadi Sumenep yang ke-751 tahun ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang dilaksanakan dengan begitu meriah. Biasanya, pemerintah setempat membuat rangkaian kegiatan hampir penuh satu bulan dan pelaksanaannua dihadiri wisatawan dalam negeri hingga manca negara.
Nanu karena tahun ini diselenggarakan di tengah pandemi Covid-19, peringatan Hari Jadi Sumenep digelar secara sederhana sesuai protokol kesehatan di halam kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep.
Kendatipun demikian, perayaan Hari Jadi Sumenep ke-751 ini tetap hikmat mengenang sejarah berdirinya Sumenep sebagai daerah yang memiliki banyak keistimewaan.
Menurut Bupati Sumenep A Busyro Karim, kabupaten yang dijuluki Kota Keris ini memiliki sejumlah keiatimewaan, di antaranya umur Kota Sumenep yang sudah mencapai 7 abad lebih.
Umur yang cukup lama ini, kata Busyro, sesuatu yang istimewa, “Kalau tidak istimewa, tidak akan sampai usia pemerintahan itu 751 tahun,” ujarnya.
Keistimewaan lainnya adalah etos kerja masyarakat Sumenep yang cukup tinggi. Masyarakat Sumenep memiliki falsafah Abental Ombe’ Asapok’ Angin (berbantal ombak berselimut angin). Falsafah inu memiliki makna yang menunjukkan etos kerja masyarakat Sumenep sangat tinggi
“Etos kerja ini harus terus dipelihara oleh kita semua,” pesannya.
Mantan Ketua DPRD Sumenep dua periode ini kemudian mengungkap keistimewaan dari sisi kerukunan umat beragama yang ada di Sumenep. Menurutnya, antar umat beragama yang ada di Sumenep cukup harmonis.
Tidak hanya itu, perbedaan lainnya seperti pada moment pemilu, tidak pernah terjadi gejolak. Masalah perbedaan politik selalu diselesaikan dengan baik. Artinya kemanan masyarakat Sumenep cukup kondusif.
“Dan itu selesai tidak harus di wariskan sampai ke anak cucu. Bahkan tidak sampai lima tahun sudah selesai,” tambahnya.
Dari sumber daya alam (SDA) yang dimiliki Sumenep juga sangat melimpah. Mulai dari potensi pertanian, peternakan, kelautan hingga sumber migas. Termasuk potensi budaya Sumenep yang sangat beragam.
Karenanya pihaknya mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat Sumenep untuk menjaga potensi yang ada. Terlebih, pesannya, pemimpin Sumenep yang akan menggantikan dirinya kelak.
Pihaknya juga mengajak kepada masyarakat Sumenep untuk menjaga dan mempertahan Bahasa Madura sebagai warisan budaya. Masalah ini tidak cukup hanya dipasrahkan kepada sekolah. Selain pemerintah, keluarga juga harua bertanggungjawab menjaga melestarikan Bahasa Madura.
Maraknya orangtua yang tidak lagi menggunakan Bahasa Madura pada anaknya harua menjadi intropeksi diri. Bahwa kebiasaan itu pada dasarnya akan menjauhkan anak dari akar budaya sendiri. Akhirnya orang Sumenep tidak bisa Bahasa Madura.
Penulis : Ahmad Ainol Horri