Jejak.co – Untuk meyakinkan masyarakat, Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Kabupaten Sumenep Mohammad Iksan gelar press release tentang hasil uji laboratorium beras Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) 2020 yang akan didistribusikan kepada keluarga penerima manfaat (KPM).
Berdasarkan hasil uji laboratorium di SGI Laboratory atay PT Saraswanti Indo Genetech cabang Surabaya, yaitu sejak tanggal 20 Januari hingga 13 Februari 2020 kemarin, beras contoh yang akan didistribusikan oleh Dinas Sosial terbukti tidak mengandung zat aflatoksin dan juga tidak terbuat dari plastik.
“Ini adalah cara kami untuk menyampaikan bahwa hasil lab tidak terbuat dari plastik,” terangnya saat press release, Jumat (14/2/2020) pagi.
Dinsos menguji beras bantuan karena pada tanggal 15 Januari 2020 lalu, rebak pemberitaan tentang program BPNT, bahwa jenis beras yang didistribusikan kepada KPM di Desa Pajenangger, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, Sumenep adalah palsu, alias terbuat dari plastik.
Iksan kemudian mengurai 4 langkah awal cara mudah mendeteksi beras. Dengan tujuan, agar masyarakat mengetahui antara beras asli dan beras palsu.
Iksan kemudian menjelaskan langkah Tindakan
Pertama yang bisa dilakukan untuk mengetahui beras asli atau palsu dengan cara melihat warna dan bentuk beras. Apakah beras atau plastik, para ibu biasanya sudah paham dan mengetahui perbedaannya. Selain itu, antara bau plastik dan bau beras sangat kentara bedanya.
Yang kedua adalah dengan cara memasukkan beras tersebut ke dalam air. Dijelaskan, biji beras lebih berat dari biji zat cair, dan biji plastik lebih ringan dari pada biji zat cair.
“Setelah dimasukkan ke dalam air, lihat perubahan pada air. Air itu berubah menjadi warna putih ketika digesek-gesek atau tidak? Beras itu ada zat putih karbohidrat atau zat kapurnya. Nah, itu akan berubah putih kalau benar itu adalah beras,” katanya.
Yang ketiga bisa dicek dengan cara dibakar. Plastik akan meleleh jika terkena api, sedangkan beras biasanya hanya akan berubah warna menjadi hitam.
Keempat dengan cara uji tanak. “Yang jelas Anda semuanya, indra pengecapnya masih tajam, rasa beras dan rasa plastik Anda akan tahu,” tuturnya sopan.
Mantan Kabid Pemuda dan Olahraga di lingkungan Disparbudpora Sumenep itu kemudian menambahkan bahwa sebelum dikonsumsi, masyarakat dianjurkan terlebih dahulu mencobanya agar dijadikan bubur.
Setelah dimasak, bubur boleh didiamkan atau dinginkan sejenak agar terlihat dengan pasti bentuk atau karakternya. Beras pasti bisa dijadikan bubur. Sedangkan plastik, jika didiamkan pasti akan menjadi beku, kaku, dan keras.
“Itu deteksi awal 4 langkah. Kalau ndak ketemu, ragu-ragu, barulah dilab (uji laboratorium, red) seperti yang saya lakukan sekarang ini,” tandasnya sembari menunjukkan naskah hasil uji laboratorium beras.
Penulis: Mazdon
Editor: Haryono