JEJAK.CO-Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2019 hasil kerja sama antara Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) dan Pemerintah Kabupaten Sumenep berlangsung meriah.
Bupati Sumenep dan Wakil Bupati Sumenep A Busyro Karim dan Achmad Fauzi tampak khusyuk menikmati tarian sufi yang dihadirkan.
Kegiatan yang berlangsung di Taman Adipura atau di depan Masjid Jamik Sumenep Sabtu malam (19/10/2019) mengusung tema toleransi dalam ajaran tasawuf modern: kongko santri, menangkal radikalisme.
Beberapa even meriah itu akan terus digelar sampai puncak Hari Santri Nasional 2019 nanti, 22 Oktober 2019. Diantara tujuannya adalah juga demi mensukseskan program Visit Sumenep 2019.
Kuswaidi Syafi’ie yang hadir dalan kegiatan itu menjelaskan nilai-nilai moral yang terkandung dalam ajaran sufisme dengan cara yang unik, wawasan tasawuf dikombinasikan dengan wawasan kesenian.
Sementara, Wakil Bupati Sumenep Achmad Fauzi dalam sambutannya mengajak masyarakat yang hadir agar terus menjaga persatuan dan kesatuan negara ini. “Negeri ini didirikan dengan darah, air mata dan perjuangan para leluhur bangsa,” katanya.
Orang nomor dua di kabupaten yang berlambang kuda terbang itu mengutarakan bahwa kedigjayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini tidak lepas dari peran para ulama dan santri. “Sekarang tantangan masa depan semakin berat, karena perubahan paradigma dan pola pikir masyarakat akibat makin masifnya informasi yang tanpa batas,” imbuhmya.
Oleh sebab itu, Fauzi akrab disapa, menegaskan, santri harus senantiasa berupaya untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara dengan cara mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan pihak tertentu yang berusaha mendongrong agar nilai-nilai yang terkadung dalam Pancasila tercerabut hingga akhirnya sirna dan digantikan dengan kepentingan paham-paham yang lain.
“Sehingga nantinya, apapun situasinya, keselamatan, kedamaian, dan keutuhan bangsa Indonesia menjadi prioritas di atas segala kepentingan apa pun,” terangnya.
“Pancasila dan NKRI merupakan harga mati yang sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi,” tegasnya.
Fauzi berkeinginan bagaimana momentum HSN mampu memberikan dampak positif terhadap kebangkitan kesadaran masyarakat Sumenep pada khususnya. Masyarakat santri diharapkan agar terus menyokong kontribusi positif bagi pembangunan bangsa.
“Jangan sampai terbuai dengan sejarah masa lalu, dan terlena dengan kondisi saat ini,” pesannya.
Saat ini, peran kaum santri telah diakui dan mendapatkan peran startegis di berbagai organisasi, baik pemerintah maupun swasta. Oleh karena itu, semua itu harus diimbangi dengan semangat menegakkan nilai-nilai kesantrian.
Pelaksanaan istighasah yang menjadi salah satu rangkaian dalam kegiatan menjelang puncak HSN 2019 pada 22 Oktober nanti ini merupakan ikhtiar, doa, dan sekaligus menjadi kunci kerja santri.
“Harus terus dilantunkan di Kota Keris sampai kapan pun. Termasuk di bumi Indonesia ini, dan semoga dengan istighasah ini, hati kita senantisa sejuk dan tenteram, karena mengingat apabila hati dan pikiran sejuk, tentu saja negeri ini senantiasa aman, damai dan sejahtera dalam lindungan Allah SWT,” pungkasnya.
Bupati Sumenep, Abuya Busyro Karim membuka dan melepas pawai santri dan parade drumband yang terdiri dari 19 group drumband. Masing-masing group beranggotakan sekitar 50 orang.
Sementara itu, Ketua PC NU Sumenep, KH Panji Taufik menyatakan bahwa persiapan menjelang puncak HSN 2019, saat ini sudah mencapai 100 persen. sebelumnya. “Persiapan sudah 100 persen. Kami anggap dari segi teknis sudah selesai semua. Siap dilaksanakan,” tegasnya.