Jamasan Pusaka Keraton Sumenep Gunakan 7 Sumber Mata Air – Jejak

logo

Jamasan Pusaka Keraton Sumenep Gunakan 7 Sumber Mata Air

Minggu, 8 September 2019 - 21:10 WIB

5 tahun yang lalu

Prosesi Jamasan Pusaka Keraton Sumenep di Bujuk Agung Desa Aeng Tongtong Kecamatan Saronggi, Sumenep, Madura, Jawa Timur

Jejak.co-Sembilan pusaka milik Keraton Sumenep kembali di jamas. Prosesi penjamasan tersebut bertempat di Bujuk Agung Desa Aeng Tongtong Kecamatan Saronggi, Sumenep, Madura, Jawa Timur, Minggu (8/9/2019).

Sebelum dijamas, pusaka peninggalan Raja Sumenep itu dijemput langsung dari Pendopo Agung Sumenep Sabtu (7/9/2019) oleh sejumlah empu, diantaranya Empu Sunarmo dan Empu Hasyim.

Prosesi penjamasan pusaka ini membutuhkan air dari tujuh sumber mataair bersejarah yang ada di wilayah Kabupaten Sumenep sepekan yang lalu, Senin (2/9).

“Makna di balik pengambilan air dari  tujuh sumber mata air itu dilakukan berdasarkan filosofi langit dan bumi, berlapis tujuh, banyaknya hari jumlahnya tujuh pula,” ungkap Empu Sanamo, salah satu keturunan ketujuh dari Empu Kacang, Sabtu (7/9/2019).

Tujuh penjuru sumber mata air bersejarah itu antara lain, sumber air di Taman Sare Keraton Sumenep, di Desa Tanah Merah, di Desa Langsar Kecamatan Saronggi, di Desa Lembung Kecamatan Lenteng, di Desa Talang Kecamatan Saronggi, di Desa Sera dan terakhir di Desa Aeng Tongtong Kecamatan Bluto, Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Empu Sanamo mengungkapkan bahwa dari delapan pusaka keraton yang dibersihkan dalam prosesi penjamasan ini, salah satunya, adalah keris Nogo Besuki. “Salah satunya keris yang berjuluk Nogo Besuki,” katanya.

Sementara salah satu empu tertua di Desa Aeng Tongtong Hasyim, yang bertugas mengambil air penjamasan pada sumber air di Taman Sare Keraton, menambahkan, mantra yang dibaca saat mengambil air tidak lepas dari nilai-nilai agama yang sudah diwariskan oleh leluhur. Termasuk di dalamnya, yaitu pembacaan ayat-ayat suci Alquran dan tahlil.

Rentetan acara Penjamasan Keris dan Pusaka Keraton 2019 ini telah berlangsung mulai 2 September kemarin sampai puncak acara yang rencananya akan digelar, Senin (9/9/ 2019.

Wakil Bupati Sumenep Achmad Fauzi mengatakan, pelestarian jamasan pusaka dalam rangka meneguhkan kecintaan pada budaya leluhur. Selain itu, keris bukan hanya sekadar lambang kejayaan masa lalu di Sumenep, tetapi sebagai ikon kebangkitan ekonomi di kabupaten ujung timur Madura ini.

Desa Aeng Tongtong sebagai pusat pengrajin keris telah menikmati hasil karyanya yang sudah dijual hingga luar negeri. Pemuda di desa ini, lanjut Fauzi, harus belajar membuat keris untuk melestarikan budaya yang ada. Apalagi saat ini sudah bernilai ekonomis. 

Saat ini, jumlah pengrajin atau empu keris di Sumeneo tercatat sebanyak 650 orang. Jumlah ini mendapat penghargaan dari Unesco dengan menobatkan Sumenep sebagai daerah yang memiliki pengrajin keris terbanyak di dunia. 

Sejak 2014, Kabupaten Sumenep dinobatkan sebagai Kota Keris dan pada 2018, Desa Aeng Tongtong sebagai Desa Keris. 

Politisi PDI Perjuangan ini mengapresiasi potensi yang ada di Desa Aeng Tongtong. Sebab potensi itu, kata Fauzi sangat istimewa, sehingga eksistensinya perlu dijaga.

Fauzi juga mengimbau agar masyarakat Sumenep terutama warga Desa Aeng Tongtong ramah ketika ada wisatawan yang datang ke lokasi pembuatan keris. Semua itu untuk membuat para wisatawan betah di Kota Sumekar.

“Kedatangan para wisatawan diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat Sumenep,” harap Fauzi.

Penulis : Mazdon
Editor    : Ahmad Ainol Horri


Baca Lainnya