JEJAK.CO – Anggota DPRD Sumenep dari Fraksi PDI Perjuangan Darul Hasyim Fath memiliki kepedulian terhadap tradisi diskusi dan budaya membaca. Di tengah kesibukannya, dirinya menginisiasi lembaga diskusi dan kajian.
Lembaga itu dinamai Pusat Studi Bung Karno (YPSBK) Madura. Dirinya bersama para aktivis dan akademisi dirikan pada tahun 2021 lalu. Sejak itu, tradisi diskusi pelan-pelan mulai digiatkan.
Dirinya semangat mendirikan PSBK Madura dilatarbelakangi tradisi diskusi dan budaya membaca di ujung timur pulau Madura sangat lemah. Untuk menghidupkan semua itu, tentu butuh perjuangan dan kerja keras tinggi. Sebab, generasi muda yang lahir di atas tahun 2000-an, kini dihadapkan pada arus globalisasi yang begitu masif. Mereka sulit menyaring dan justru ikut larut dalam perubahan tersebut.
Perkembangan dunia digitalisasi satu sisi mempermudah banyak urusan. Namun, di sisi lain malah berdampak negatif. Misalnya, dunia games yang sulit dibendung. Lalu, juga salah dan tidak bijak dalam memanfaatkan dunia media sosial (medsos). Sehingga berdampak pada budaya literasi.
“Kami yakin bahwa perubahan dapat terwujud jika dimulai dari hal-hal kecil. Meskipun, hanya dengan diskusi lesehan, bedah buku dan lainnya. Karena sejatinya, generasi milenial itu butuh pangkuan, butuh sosok,” kata Darul Hasyim Fath.
Tujuan mendirikan PSBK Madura tidak muluk-muluk. Darul mengatakan, dirinya hanya ingin mengajak generasi muda terus melakukan pembaruan. Terlebih lagi, PDI Perjuangan didirikan bukan sekadar untuk menjadi mesin pemilu, melainkan lebih dari itu
PDI Perjuangan sebagai partai politik tentu akan terus terlibat langsung dalam aktivitas sosial di tengah-tengah masyarakat. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk menjaga nilai-nilai kebangsaan dan Pancasila.
Selain itu, lanjut dia, menghidupkan ajaran Bung Karno dalam semangat yang terus menyala. Sebab, prinsipnya generasi muda harus diajak diskusi dalam banyak diskursus. Apalagi di era seperti sekarang ini.
”Makanya, di setiap persoalan bangsa, YPSBK selalu menggelar focus group discussion (FGD). Terakhir, sekitar dua pekan lalu kami melaksanakan FGD pasca putusan MK,” sebutnya.
Ketua Dewan Pembina YPSBK Madura itu menyampaikan, sebagai kader yang setia pada ajaran Bung Karno, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia masih tetap menjadi cita-cita bersama. Oleh karena itu, setiap ada persoalan konstitusi, FGD menjadi jalan dan komitmen bersama dalam merawat bangsa.
Darul menilai, keberadaan negeri ini saat ini tidak sepenuhnya dalam keadaan baik-baik saja. Demokrasi sedang terancam. Oleh karena itu, kepentingan pribadi, monarki, dan oligarki yang mengancam keberlangsungan demokrasi mau tidak mau harus dilawan.
”Rupa-rupanya dinamika politik saat ini mengisyaratkan kemunculan politik ala Orde Baru. Jika tidak ditanggapi dengan tepat, bangsa ini bisa menghadapi era ”De-Soekarnoisasi Jilid II” seperti pada masa Orde Baru,” ujarnya. (rei)