Jejak.co-A’yat Khalili, penyair muda kelahiran 1990, asal Dusun Telenteyan, Desa Longos, Kecamatan Gapura, Sumenep, Madura, Jawa Timur raih Piala Cipta Puisi Tingkat Umum Nasional 2019, yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan Yayasan Hari Puisi Indonesia, pada 26 Juli, kemarin, di Jakarta.
Pasalnya, dari sekian ribu peserta senior yang sudah malang melintang di dunia perpuisian Indonesia, penyair muda alumni Ponpes Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep ini masuk dalam 11 jajaran pemenang Lomba Cipta Puisi bergengsi itu.
A’yat tidak menduga akan mendapatkan hadiah bergengsi tersebut, karena dalam penuturannya, beberapa anak Rumah Membaca Indonesia (RMI), komunitas yang dikelolanya itu, banyak yang ikut dan sudah mendapatkan undangan dari panitia lomba melalui emailnya sejak tanggal 21/22 Juli 2019, sedangkan A’yat belum dapat informasi apa pun. Sehingga, ia pasrah saja, sudah menganggap tidak bakal menang. Tetapi, ternyata tiba-tiba dapat surat pemberitahuan pada tanggal 24 Juli.
Tema lomba ini, “Jakarta sebagai ibu kota merepresentasikan semangat ke-Indonesiaan”, sebuah upaya untuk mengangkat Jakarta menjadi ruh dalam penulisan cerpen dan penciptaan setiap puisi oleh masing-masing peserta
Lomba Cipta Cerpen dan Puisi Tingkat Nasional 2019 ini dibagi menjadi 2 kategori, lomba menulis puisi dan cerpen untuk kategori siswa SMP/SMA sederajat se-Jabodetabek, dan cipta puisi dan cerpen untuk umum secara nasional, dan dipilih 11 orang dari masing-masing kategori lomba.
Momentum penganugerahan hadiah yang dilaksanakan di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta ini berlangsung hangat dan semarak, penuh antusias para hadirin, Jumat malam (26/7/2019). Dimeriahkan dengan penampilan musikalisasi puisi pemenang dari Sanggar Matahari, juga puisi yang dibawakan dalam bentuk nyanyian oleh Rinidiyanti Ayahbi.
“Tidak ada juara dalam _event_ ini. Sebelas peserta yang masuk nominasi, masing-masing memperoleh piala penghargaan, sertifikat, dan uang pembinaan sebesar Rp 9.100.000,- dari total hadiah Rp 349.800.000,” tutur A’yat sapaan akrabnya kepada Jejak.co, Selasa (30/7/2019).
Dalam sambutan yang disampaikan oleh Ketua Yayasan Hari Puisi Indonesia, Maman sapaan akrab Maman S Mahayana, menceritakan bahwa peserta lomba cipta puisi ini diikuti oleh lebih dari 1.000 penyair yang berasal dari semua provinsi di Indonesia. Mulai dari kalangan senior hingga junior. “Tantangannya sangat berat dan ketat,” katanya.
“Tetapi, sebagian yang ikut hanya seperti merayakan momentum Jakarta. Mereka terjebak pada tema. Tema hanya dipahami dengan rupa tempelan kata-kata khas Jakarta, tetapi secara esensial tidak dapat dan sesuai dengan yang diharapkan juri,” ujar Maman.

A’yat Halili (kiri) pose bersama Sutardji Calzoum Bachri di halaman Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Sabtu (27/7/2019)
“Pengaruh media sosial seperti tulisan-tulisan populer sangat kentara dalam lomba kali ini. Rata-rata puisi yang masuk masih berada di usia remaja,” imbuhnya.
“Setelah sambutan dari Ketua Yayasan HPI (Maman S Mahayana) dan pihak Disparbud DKI Jakarta. Terutama saat Sutardji Calzoum Bachri baca puisi ‘Dragula Cinta’, karena isinya sangat remaja sekali dan cukup erotis, sehingga mengundang gemuruh tepuk tangan hadirin,” cerita A’yat Khalili.
Sebelumnya, penyair muda asal Desa Bilapora Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep, Raedu Basha (30) meraih penghargaan pada ajang Nusantara Academic Award 2019 di Galeri Indonesia Kaya, Lt. 8 Grand Indonesia, Jakarta, (17/7/2019).
Keduanya, A’yat Khalili dan Raedu Basha sama-sama alumnus Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Latee, Guluk-Guluk, Sumenep, Madura, Jawa Timur.
“Dulu, kita belajar dan bergiat bersama di Rumah Sastra Bersama (RSB) Annuqayah Latee,” pungkas A’yat.(don)